Advertisement

Ikan Sarden sampai Teri Efektif Cegah 750 ribu Kematian pada 2050

Newswire
Sabtu, 13 April 2024 - 12:37 WIB
Mediani Dyah Natalia
Ikan Sarden sampai Teri Efektif Cegah 750 ribu Kematian pada 2050 Ilustrasi ikan teri / Antara

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Jurnal BMJ Global Health mengungkapkan jika mengganti konsumsi daging merah dengan ikan umpan seperti sarden, herring hingga teri dapat mencegah 750.000 kematian setiap tahunnya pada 2050.

Dilansir dari Medical Daily, penelitian tersebut menemukan bahwa konsumsi ketiga ikan itu berpotensi menurunkan potensi kecacatan yang disebabkan oleh penyakit yang berkaitan dengan pola makan.

Advertisement

Di sisi lain, konsumsi daging merah dan daging olahan terbukti dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular. Contohnya ada stroke, penyakit jantung, diabetes, kanker usus dan penyakit arteri koroner.

“Penyakit-penyakit ini menyumbang sekitar 70 persen kematian global pada tahun 2019. Maka dari itu, ikan hijauan laut yang kaya akan asam lemak tak jenuh, mengandung Omega-3 (DHA dan EPA), yang asupannya dapat mencegah penyakit jantung koroner, serta kaya akan kalsium dan vitamin B12. Mereka juga memiliki jejak karbon paling rendah dibandingkan sumber makanan hewani lainnya,” ujar jurnal penelitian itu, saat dikutip pada Sabtu (13/4/2024)

Namun saat ini, tiga perempat dari hasil tangkapan ikan hijauan digiling menjadi tepung ikan dan minyak ikan, produk yang sebagian besar digunakan untuk budi daya ikan, ditujukan untuk konsumen berpenghasilan tinggi.

Baca Juga

Ketahui 5 Manfaat Mengonsumsi Ikan, Salah Satunya Jaga Mental

CEK FAKTA: Benarkah Makan Ikan Bikin Cantik dan Panjang Umur?

Tak Hanya Bawa Keberuntungan, Ini Manfaat & Tips Pelihara Ikan Koi

Para peneliti menjelaskan perubahan pola makan yang direkomendasikan ini bisa sangat bermanfaat bagi negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, dimana jenis ikan ini harganya terjangkau dan berlimpah, dan dimana beban penyakit seperti penyakit jantung sangat besar.

Dalam analisanya, peneliti menyusun empat skenario berbeda berdasarkan proyeksi konsumsi daging merah pada tahun 2050 di 137 negara dan data historis penangkapan ikan hijauan dari habitat laut.

Skenario pertama difokuskan pada pengutamaan pasokan dalam negeri, pemanfaatan ikan umpan untuk konsumsi nasional atau sebagai pengganti daging merah. Dalam skenario kedua, penekanannya adalah pada pengurangan asupan daging, khususnya di negara-negara dimana konsumsi domba dan sapi melebihi tingkat yang direkomendasikan yaitu 15 Kkal.

Skenario ketiga menargetkan memastikan asupan ikan yang cukup, dengan prioritas pada negara-negara yang konsumsi ikannya berada di bawah tingkat yang direkomendasikan yaitu 40 Kkal.

Terakhir, skenario keempat melibatkan penggantian daging merah dengan persentase yang sama di semua negara berdasarkan ketersediaan ikan umpan.

Hasilnya, dalam skenario satu menunjukkan jumlah kematian yang dapat dicegah paling rendah. Alokasi seluruh ikan umpan ke wilayah dengan asupan ikan terendah, khususnya di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah sesuai skenario tiga, akan mengurangi beban penyakit global dengan lebih efektif. 

Ketika ikan-ikan tersebut diadopsi secara luas untuk konsumsi langsung manusia, hal ini memberikan manfaat kesehatan masyarakat yang besar, khususnya dalam hal mengurangi terjadinya penyakit jantung koroner.

“Secara global, pendekatan ini dapat mencegah setengah juta hingga 750.000 kematian akibat penyakit terkait pola makan pada tahun 2050—dan kematian akibat penyakit jantung koroner pada khususnya—dan dapat mencegah 8–15 juta tahun hidup dengan disabilitas, yang sebagian besar adalah terkonsentrasi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah," kata para peneliti.

Meskipun demikian, pasokan ikan terbatas dan tidak akan cukup untuk menggantikan semua daging merah. Sehingga penelitian ini merekomendasikan peningkatan konsumsi ikan per kapita harian hingga mendekati tingkat yang direkomendasikan yaitu 40 Kkal di sebagian besar negara.

Sehingga dapat mengurangi kematian akibat penyakit jantung koroner, stroke, diabetes dan kanker usus sebesar dua persen pada tahun 2050.

“Terlepas dari potensi teoritis dari ikan umpan, beberapa hambatan seperti tepung ikan dan pengolahan minyak, penangkapan ikan yang berlebihan, perubahan iklim, dan penerimaan budaya dapat menghalangi terwujudnya manfaat kesehatan dari ikan umpan,” kata para peneliti.

Oleh karena itu, para peneliti menyarankan agar koordinasi dan tindakan multi-sektoral seperti memprioritaskan akses ikan yang terjangkau bagi masyarakat miskin dan mempromosikan penggunaan mikroalga yang kaya nutrisi dapat membantu mengatasi beberapa hambatan ini lebih digalakkan pemerintah pada masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

PKB dan PPP Kerja Sama Hadapi Pilkada Serentak 2024

News
| Selasa, 30 April 2024, 00:17 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement