Advertisement
Mbah Bardi Pakai Jargas agar Dapur Tetap Mengebul
![Mbah Bardi Pakai Jargas agar Dapur Tetap Mengebul](https://img.harianjogja.com/posts/2023/10/31/1153525/mbah_bardi_jargas-1.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Penggunaan gas bumi dari perusahaan Gas Negara (PGN) ke rumah-rumah di Jogja dan Sleman resmi dilakukan sejak pertengahan Oktober 2023 lalu. Kini energi alternatif tersebut digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Abdul Hamid Razak.
Subardi, warga Papringan, Kalurahan Caturtunggal, Kapanewon Depok, Kabupaten Sleman menjadi orang pertama yang memanfaatkan jaringan gas bumi dari Perusahaan Gas Negara (PGN). Jaringan gas bumi yang dipasang ke rumah-rumah warga sejak awal tahun ini mulai dia gunakan sejak 12 Oktober lalu. Jaringan pipa besi berwarna kuning itu terpasang rapi di dinding rumahnya.
Advertisement
Di sebelahnya terdapat meteran gas PGN. Meteran (regulator) gas yang berasal dari PGN ini bagian dari sistem jaringan gas bumi. Regulator ini bertujuan untuk menstabilkan tekanan gas yang masuk.
Jaringan gas PGN berada di bawah tanah agar tidak mengganggu aktivitas keseharian masyarakat. Jaringan pipa gas bumi yang tertanam itu kemudian dialirkan langsung melalui kompresor yang terhubung pada sisi kompor gas agar dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.
BACA JUGA: Berapa Tarif Jaringan Gas di DIY? Ini Kata BPH Migas.
Kondisi serupa juga terlihat pada jaringan gas pipa besi berwarna kuning yang terpasang kokoh hingga ke bagian dapur Subardi. Sebuah teflon lengkap dengan minyak goreng diangkat Subardi ke atas tungku kompor. Ia langsung menyalakan api di kompor yang sudah terpasang jaringan gas bumi itu.
"Rumah saya menjadi salah satu tempat instalasi jaringan gas bumi yang terpasang sempurna. Saya langsung mencobanya," kata Subardi.
Anggota DPR RI asal DIY dari Partai Nasdem ini menilai penggunaan gas bumi dari PGN lebih aman, praktis dan lebih hemat dibandingkan menggunakan gas elpiji. Warga tidak perlu khawatir kehabisan gas karena jargas selalu tersedia 24 jam, tidak perlu menggotong-gotong tabung, dan bisa lebih hemat.
“Lebih praktis, aman dan nyaman," kata Subardi sembari memasak telur.
Subardi mengapresiasi program gas bumi PGN masuk ke rumah tangga. Pasalnya, penggunaan gas bumi akan mengurangi beban subsidi elpiji, terutama gas melon yang diketahui banyak tidak tepat sasaran.
Program gas bumi pun, lanjutnya, mendapat perhatian khusus dari DPR karena lebih bermanfaat dibandingkan gas elpiji. Apalagi, katanya, gas bumi merupakan produk dalam negeri. Tidak seperti gas tabung yang hingga saat ini masih harus impor.
"Gas bumi produk bumi Indonesia. Tidak impor. Kalau elpiji masih impor dan subsidinya besar. Tahun ini pagu subsidi elpiji 3 kg mencapai Rp117 triliun," kata Mbah Bardi, sapaan akrabnya.
Jaringan gas bumi di wilayah DIY diharapkan dapat meningkatkan pelayanan PGN kepada masyarakat. Dia juga meminta agar jaringan gas yang dipasang terus diperluas dan dipercepat ke wilayah permukiman, wilayah komersil seperti hotel dan restoran, hingga ke kalurahan lainnya.
“Konsumsi gas merupakan hak dasar masyarakat, termasuk listrik dan air. Negara wajib memenuhi hak dasar itu. Oleh karenanya, pelayanan dari PGN harus maksimal. Jaringannya harus diperluas lagi ke sektor komersil dan kalurahan," terang Mbah Bardi.
Beda Konsep
Pembangunan Jargas sejatinya ditujukan untuk pelanggan rumah tangga, komersial, bisnis, dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Sebelum pembangunan jargas dilakukan, PGN telah menyurvei daya beli masyarakat yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan program ini.
General Manager SOR III PGN, Edi Armawiria, menjelaskan Pertamina melalui PT PGN Tbk melaksanakan pembangunan jaringan gas (jargas) untuk rumah tangga di Sleman dan Jogja yang berbeda dengan wilayah lainnya. Gas yang disalurkan tidak langsung dialirkan ke pelanggan (rumah tangga) dari sumber pasokan, tetapi gas diangkut menggunakan moda transportasi.
"Sebelum diangkut, gas dikompres menjadi CNG atau LNG. Kami membangun hub di Sleman, dari sana kami akan membangun pipa distribusi untuk menyalurkan gas ke pelanggan di Sleman dan Jogja," katanya beberapa waktu lalu.
Anggaran yang digunakan untuk membangun jargas di Sleman dan Jogja bukan berasal dari APBN, tetapi penugasan negara ke badan usaha untuk bisa menggantikan konsumsi elpiji masyarakat.
Dalam mengembangkan jargas di DIY, lanjutnya, PGN menggunakan infrastruktur seperti pipa PE diameter 180 mm, pipa PE diameter 90 mm, pipa PE diameter 63 mm, pressure reducing system (PRS), regulating station (RS), serta pipa untuk menyambungkan ke rumah dan kompor pelanggan.
"Kabupaten Sleman dan Kota Jogja menjadi wilayah pionir untuk pembangunan jargas yang dapat menjadi stimulus perkembangan ekonomi masyarakat hingga industri kecil di Jawa Bagian Selatan. Ini didukung oleh BPH Migas, pemerintah, stakeholder, serta masyarakat terhadap upaya perluasan Jargas agar manfaatnya dapat dirasakan secara nyata yang lebih efisien," katanya.
Untuk menarik minat pelanggan, PGN pun memberikan instalasi pipa gratis sampai dengan kompor maksimal 15 meter, gratis konversi kompor maksimal dua tungku, gratis satu kali inspeksi dan peralatan pipa, serta asuransi kebakaran.
Dipastikan Aman
Project Manajer PGN Kota Jogja dan Sleman, Suseno, mengatakan jaringan gas di wilayah Papringan sudah dipastikan aman. Di wilayah Papringan dan Sagan, terdapat 4.000 rumah yang sudah dipasangi jargas.
Kini, masyarakat bisa menikmati layanan gas bumi selama 24 jam. PGN menargetkan 12.900 jargas terpasang di rumah-rumah tangga hingga Desember 2023 mendatang.
“Wilayah Papringan [Sleman] dan Sagan [Kota Jogja] sudah terpasang. Saat ini, istilahnya uji coba operasi. Kami sudah tes jaringannya, sudah dipastikan aman. Aliran gas sudah masuk ke seluruh jaringan di rumah tangga, siap digunakan," kata Suseno.
Untuk segi keamanan, katanya, PGN akan memeriksa jaringan gas secara berkala dengan menempatkan setiap petugas di berbagai Padukuhan. Petugas tersebut mengantisipasi kendala ataupun keluhan warga. Sementara untuk pembayaran, PGN memakai sistem pascabayar. "Sistem pembayarannya diukur dengan meteran. Pembayarannya bisa di minimarket atau mobile banking," kata Suseno. ([email protected])
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2025/02/07/1203406/harun-masiku-2.jpg)
Mantan Ketua Mahkamah Agung Bantah Disebut Dekat dengan Harun Masiku
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Tim SAR Masih Sering Temukan Pengunjung Bermain di Area Berbahaya di Pantai Gunungkidul
- Insiden Kecelakaan L300 Vs Vario, Korban Terluka di Bagian Kepala
- Pelaku Pembakaran Nasi Balap di Kasihan, Pesta Miras Sebelum Melakukan Aksinya
- BNNP DIY Sebut 2 Kelurahan di Jogja Rawan Peredaran Narkoba Tertinggi
- Suhu Udara Panas Picu Lonjakan Kasus DBD di Sleman hingga 675 Pasien
Advertisement
Advertisement