Tenangkan Diri! Stres Bisa Memperparah Penyakit Radang Usus
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Radang usus dialami orang dari berbagai usia, baik anak-anak maupun orang dewasa. Meski tingkat keparahan berbeda, tetapi penyakit tersebut bertambah parah ketika pengidapnya mengalami stres psikologis.
Perlu diketahui, stres psikologis adalah reaksi psikologis atau mental terhadap kehidupan sehari-hari atau perubahan lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri.
Advertisement
Pola makan dan kesehatan usus merupakan inti penting dari kesehatan otak. Berdasarkan hasil studi, central nervous system (CNS) atau sistem saraf pusat dan peripheral nervous system (PNS) atau sistem saraf tepi memiliki hubungan yang cukup erat.
Baca Juga: Mahasiswa di Jogja Banyak yang Stres, Ini Penyebabnya
Ketika sistem saraf otak (CNS) mengalami disfungsi akan mengakibatkan anomali pada sistem saraf usus (PNS). Komponen terbesar dari sistem saraf tepi adalah sistem saraf enterik (ENS), yang terdiri dari sekitar 200-600 juta sel saraf yang membentang dari esofagus hingga anus. Sel-sel saraf ini termasuk neuron, yang menyampaikan pesan-pesan listrik dan kimia antara satu sama lain.
Mengutip psychologytoday.com pada Rabu (27/09/2023), hasil penelitian Schneider bersama rekannya yang berjudul 2023 Cell “The Enteric Nervous System Relays Psychological Stress to Intestinal Inflammation,” membuktikan stres psikologis dapat berdampak signifikan pada kesehatan mental, kesehatan usus, dan kesehatan secara keseluruhan.
Peneliti tersebut juga menggunakan subjek tikus untuk menunjukkan bagaimana stres memperburuk peradangan usus dan penyakit UC atau Crohn.
Hasilnya menunjukkan kehadiran hormon yang diinduksi stres seperti glukokortikoid menginduksi sel-sel khusus di ENS untuk merekrut dan mengumpulkan sel-sel kekebalan yang menghasilkan faktor nekrosis tumor (TNF), suatu protein yang menyebabkan peradangan. Dengan kata lain, stres kronis secara efektif memicu respons peradangan hiperaktif terhadap suatu penghinaan atau tekanan mental.
Baca Juga: Catat! Ini Tips Meredakan Stres
Sementara kehadiran glukokortikoid di ENS dikaitkan dengan keterlambatan waktu transit kolon. Sederhananya, ketika konsentrasi hormon stres terakumulasi di ENS, hal ini mendorong proses penggantian neuron dewasa sebelum waktunya.
Neuron yang diganti secara prematur ini termasuk neuron yang menghasilkan asetilkolin, suatu neurotransmitter yang membantu merangsang otot untuk memindahkan limbah melalui usus besar. Akibatnya, penurunan asetilkolin menyebabkan penundaan waktu transit kolon.
Selain tikus, Schneider dan rekannya juga melakukan penelitian dengan objek manusia.
Penelitian pada objek manusia ini menemukan hubungan antara stres dan dismotilitas, serta hubungan yang menghubungkan peningkatan tingkat stres yang dirasakan.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan kadar protein spesifik, penanda inflamasi, dan keparahan penyakit radang usus. Hal ini menunjukkan bahwa stres psikologis berkontribusi terhadap gejala pada mereka yang rentan, dan memicu timbulnya peradangan usus yang parah.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa mengurangi stres psikologis dapat membantu mengurangi radang usus yang dialami.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Anies Baswedan Diprediksi Mampu Dongkrak Elektabilitas Pramono Anung-Rano Karno
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Jalur Trans Jogja ke Sejumlah Mall dan Kampus di Jogja
- Jadwal SIM Keliling Bantul Kamis 21 November 2024: Di Polsek Srandakan
- Jadwal Pemadaman Listrik di Kota Jogja, Sleman, Bantul dan Gunungkidul, Kamis 21 November 2024, Cek Lokasi Terdampak di Sini
- Jadwal SIM Keliling Gunungkidul Kamis 21 November 2024
- Top Ten News Harianjogja.com, Kamis 21 November 2024, Mary Jane hingga Jogja Planning Gallery
Advertisement
Advertisement