Advertisement
Restoran Ini Pekerjakan Lansia Penderita Demensia Jadi Pramusaji, Ternyata Punya Misi Khusus
Advertisement
Harianjogja.com, TOKYO—Sebuah restoran di Jepang baru-baru ini hadir dengan konsep berbeda. Di restoran ini, pelanggan yang hadir bisa tetap puas meskipun menerima layanan yang buruk.
Di restoran itu, ketika Anda memesan pangsit, bisa jadi yang datang adalah sup miso. Tak jarang pramusaji juga salah membawa pesanan Anda ke meja yang lain sehingga Anda akan menunggu lebih lama.
Advertisement
Rupanya, restoran itu mempekerjakan penderita demensia sebagai pramusaji. Bahkan, kondisi demensia menjadi syarat bagi pramusaji yang ingin bekerja di sini. Loh, kok bisa?
BACA JUGA: Piknik ke Osaka Jepang, Ini 4 Rekomendasi Kuliner Paling Diburu
Semua itu terjadi di Restaurant of Mistaken Order atau Restoran Pesanan yang Salah. Restoran ini sebenarnya merupakan agenda pop-up berkala yang dilangsungkan selama beberapa waktu di Jepang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap demensia.
Melansir IndiaTimes, direktur perusahaan ini, Shiro Oguni, menuturkan bahwa kegiatan ini hadir untuk mempengaruhi perspektif masyarakat tentang penuaan dan gangguan kognitif bertahap. Demensia merupakan istilah yang mengacu pada penurunan kemampuan memori, pembelajaran, dan komunikasi.
Maka, tak heran jika ketika penderita demensia berperan sebagai pramusaji, pesanan yang mereka catat bisa jadi mereka lupakan. Kejutan-kejutan akan muncul ketika pramusaji ini menjalankan peran di restoran itu. Pelanggan tak ragu melepaskan tawa mendapati apa yang disajikan kepadanya, yang berbeda dari pesanannya di awal.
BACA JUGA: Restoran Jepang Punya Ide Unik Ajak Pelanggan Agar Tidak Main Ponsel Saat Makan, Begini Caranya
Restoran Pesanan yang Salah ini sudah dimulai sejak 2017 lalu dan terus diselenggarakan secara berkala hingga saat ini.
Oguni menuturkan ide usaha ini muncul ketika dia berkunjung ke panti jompo dan memesan burger. Alih-alih mendapatkan pesanannya, ia justru diberi pangsit. Saat akan mengembalikan pangsitnya, ia menyadari bahwa situasinya berada di antara orang-orang yang berbeda dibandingkan situasi biasanya. "Mengapa tidak menerima saja apa yang diterima sebagai tanda penghormatan terhadap masalah yang mereka alami?" pikirnya saat itu.
Inisiatif ini kemudian dimulai dengan kolaborasi antara berbagai sektor, termasuk profesional restoran dan organisasi yang membantu penderita demensia. Rupanya, kegiatan ini bisa menampilan penderita demensia sebagai orang yang ceria, suka membantu, dan pekerja keras.
Pada salah satu agenda pop-up awal, sebanyak 37% pesanan restoran itu salah dibuat dan diantarkan. Meski demikian, 99% konsumen mengatakan mereka puas dengan sesi makan tersebut. Sebab, mereka tahu bahwa di restoran itu menjadi sarana belajar empati.
Oguni menyatakan bahwa inisiatif ini lebih dari sekadar bersikap toleran dan menerima penderita demensia. Dia mencoba menunjukkan bagaimana orang bisa berbelas kasih satu sama lain, terlepas dari kekurangannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Indiatimes
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Menteri Imigrasi & Pemasyarakatan Sebut Rehabilitasi Narkoba untuk Kurangi Kelebihan Kapasitas Lapas
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Peringati Sumpah Pemuda, Karang Taruna Rejowinangun Gelar Rejowinangun Fest 2024
- Ruang Melamun Bisa Jadi Rekomendasi Toko Buku Lawas di Jogja
- BKAD Kulonprogo Terbitkan SPPT, Nilai Pajak Bandara YIA Tahun 2024 Rp16,38 Miliar
- Grand Zuri Malioboro Corporate Gathering Nobar Home Sweet Loan
- Pilkada 2024: Politik Uang Tak Pengaruhi Preferensi Pemilih di Kota Jogja
Advertisement
Advertisement