Advertisement

Komunitas Berbagi Buku, Menciptakan Interaksi Literasi

Sirojul Khafid
Rabu, 02 Agustus 2023 - 10:07 WIB
Sunartono
Komunitas Berbagi Buku, Menciptakan Interaksi Literasi Kegiatan anak-anak di Garduaction, Grogol VIII, Parangtritis, Kretek, Bantul. - Istimewa.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Sunday Sharing and Caring hari itu cukup istimewa. Ada tamu yang datang jauh dari Belgia, yang kebetulan sedang berlibur di Jogja. Bersama anak-anak di Komunitas Buku Berbagi, mereka membuat layangan. Bambu sebagai kerangka layangan berasal dari bahan bekas renovasi musala setempat. Sementara bahan plastik berasal dari kemasan bekas, yang dibawa anak-anak dari rumah masing-masing.

Interaksi anak-anak dan wisatawan Belgia sesekali terjadi, tentunya dengan bantuan relawan penerjemah. Memberikan berbagai pandangan baru, termasuk dengan mendatangkan orang-orang dengan latar belakang berbeda, memang sering komunitas ini lakukan. Ini cara agar anak-anak usia dini yang dibersamai komunitas bisa semakin memiliki ruang untuk berkembang.

Advertisement

Bukan tidak mungkin, hari itu anak-anak berbicara dengan orang Belgia, beberapa tahun ke depan, mereka akan terbang ke negara yang berada di pusat Eropa tersebut. “Kapan-kapan, gantian kita yang ke Belgia ya kak,” kata salah satu anak.

BACA JUGA : Komunitas Ini Tebarkan Cinta Literasi ke Pelosok Negeri

Dalam agenda Sunday Sharing and Caring yang berlangsung sepekan sekali, Komunitas Buku Berbagi sering mengajak kolaborasi berbagai pihak. Bisa agensi wisata, kampus, mahasiswa, orang-orang dengan profesi tertentu, dan sebagainya. Menurut Pendiri Komunitas Buku Berbagi, Ardha Kesuma, kegiatan berisi anak-anak dengan rentang umur 5-12 tahun yang tinggal di sekitar Garduaction (Garbage Care and Education), Grogol VIII, Parangtritis, Kretek, Bantul.

Garduaction merupakan tempat pengelolaan sampah di kawasan wisata Pantai Parangkusumo. Ada fasilitas taman bermain dan taman baca dengan properti yang terbuat dari daur ulang sampah anorganik yang digunakan untuk berkegiatan.

“Pertemuan antara kakak relawan Buku Berbagi dan adik-adik asuhnya diawali dengan kegiatan membaca buku yang tersedia. Setelah berjalan 20 sampai 30 menit akan ada refleksi dengan bercerita mengenai buku yang dibaca. Pertemuan dilanjutkan dengan permainan edukasi atau aktifitas crafting dengan bahan baku sampah anorganik,” kata Ardha, Selasa (13/6/2023).

Dalam edisi khusus, ada pula Sunday Sharing and Caring dengan berkunjung ke museum atau pentas seni. Kecil atau besar, kegiatan ini rutin berlangsung. Sembari juga tetap melakukan kegiatan harian di taman baca, ruang untuk anak-anak mengakses bahan literasi. Tidak ada buku pelajaran, bahan baca diutamakan buku cerita. Ini salah satu cara Ardha dan teman-temannya mendekatkan akses bacaan selain buku pelajaran yang kadang kala tidak merata.

Komunitas Buku Berbagi bermula pada 10 September 2017. Suatu hari, salah satu teman Ardha Kesuma ingin mendonasikan dua kardus buku. Dia yang suka membaca terpikir untuk mendirikan taman baca. Gayung bersambut, beberapa temannya juga terpikir hal yang sama.

BACA JUGA : Tingkatkan Literasi Digital DIY, Yayasan Seruang Pertemukan Seni Rupa, Musik, dan Buku

Sasarannya anak-anak usia dini. Usia yang menjadi pembentukan dasar kehidupan dan perilaku. Setelah berbagai observasi, Ardha dan teman-temannya membuka taman baca di sekitar Pantai Parangkusumo, yang saat ini bernama Garduaction. Para relawan kemudian mengajak anak-anak sekitar untuk datang, bermain, dan membaca bersama.

“Awalnya, tak semuanya langsung memiliki kegemaran membaca buku. Namun, melalui pertemuan rutin, komunitas ini berharap bisa menanamkan kepada anak-anak di sana bahwa kegiatan membaca buku itu menyenangkan dan bisa menambah banyak wawasan,” katanya. “Sekarang beberapa anak menjadi gemar membaca.”

Saat ini ada sekitar 25 anak asuh yang berada di Komunitas Buku Berbagi. Namun belum semuanya rutin datang ke acara mingguan atau dalam kesehariannya. Banyak sebabnya. Mulai dari harus membantu orang tua yang bekerja, atau anak yang sudah putus sekolah kemudian jarang muncul lagi di Garduaction. Sementara untuk jumlah relawan ada sekitar 20 orang.

Di samping Sunday Sharing and Caring, kegiatan lain komunitas berupa distribusi buku dari calon donatur buku kepada taman baca yang membutuhkan, mengelola Literaswara Podcast, dan lainnya. semua kegiatan berfokus pada upaya-upaya menanamkan dan menumbuhsuburkan literasi untuk anak-anak.

Meski langkah ini kecil-kecil, namun Komunitas Buku Berbagi ingin semangatnya bisa tersebar. “Kami punya anggapan bahwa, justru mulai merawat hal-hal kecil yang paling dekat dengan keseharian kita, adalah acara paling tepat buat terciptanya hal-hal yang besar,” kata Ardha.

BACA JUGA : Literasi Bisnis dan Nasib Buku di Era Digital

Literasi bisa menjadi bekal seseorang dalam membentuk proses berpikir, hingga kesadaran dalam bersikap dan berperilaku tanpa merendahkan lingkungan sekitar. Pembentukan nilai diri yang tumbuh beriringan dengan ketahanan mental, bahkan bisa diperoleh ketika seseorang mampu mengakses referensi melalui membaca dan menulis. Komunitas Buku Berbagi sebagai bentuk refleksi bahwa melalui buku, seseorang sedang berbagi lebih banyak hal.

Semangat berbagi. Bisa bermula dari sesuatu yang kecil. Seperti bangunan taman baca Komunitas Buku Berbagi yang mungkin kecil, namun memiliki halaman dengan bentangan padang pasir berpagar cakrawala. Bermula dari yang kecil, potensi ke depan luar biasa besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

2.086 Hektare Lahan di IKN Bermasalah, AHY: Kami Komunikasikan dengan DPR

News
| Sabtu, 27 April 2024, 23:37 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement