Advertisement
Meditasi Membantu Kesehatan Usus

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Ada hubungan antara usus dan otak. Meditasi, yang menjadi salah cara menjaga kesehatan usus, bisa berdampak baik pada tubuh.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Shanghai Mental Health Center dan diterbitkan oleh British Medical Association, memperlihatkan apabila biksu Buddha yang bermeditasi memiliki mikrobioma usus yang lebih sehat dan metabolisme yang lebih efektif daripada non-meditator.
Advertisement
Para peneliti mengumpulkan sampel tinja dan darah dari biksu Tibet yang mempraktikkan bentuk meditasi kuno. Sampel biksu untuk yang sudah menjalankan meditasi antara tiga dan 30 tahun. Hasil penelitian juga memperlihatkan apabila meditasi meningkatan fungsi kekebalan dan penurunan risiko kecemasan serta depresi.
Pada 2022, sebuah penelitian di Massachusetts menunjukkan bahwa subjek dengan diagnosis IBS (sindrom iritasi usus) atau IBD (penyakit radang usus) yang mengikuti kursus meditasi dan yoga juga melaporkan penurunan gejala penyakit mereka.
Usus manusia mengandung triliunan mikroorganisme yang saling berinteraksi, seperti bakteri, jamur, sel archaea (mirip dengan bakteri), dan hal-hal buruk seperti virus. Idealnya, setiap tubuh memiliki microbiome yang seimbang dan sehat agar segala sesuatunya berjalan dengan baik. Susunannya adalah kombinasi dari warisan genetik dan pengaruh lingkungan. Lingkungan punya peranan dalam membentuk mikrobioma.
BACA JUGA: Pembeli Hunian di Tanah Kas Desa: Saya Ingin Sowan ke Gubernur DIY
Ada yang berpendapat apabila usus, atau lebih tepatnya sistem saraf enterik yang mengatur usus merupakan otak kedua dalam tubuh. Saat seseorang kaget atau cemas akan suatu hal, badan bisa menyugestikan untuk muntah. Lucie Hayter mendirikan The Gut Feeling, sebuah tim psikolog, ahli saraf, dan ahli gizi, untuk membantu orang lain mencapai keseimbangan optimal melalui kesehatan usus mereka.
“Otak dan nyali kita berbicara satu sama lain sepanjang hari. Saat usus kita memanas, ia mengirimkan sinyal kembali ke otak, dan ketika otak kita stres dan cemas, ia mengirimkan sinyal kembali ke usus. Hal ini menyebabkan perkembangan atau memburuknya kembung, sembelit, diare, atau sakit perut,” katanya.
Psikolog yang fokus pada sumbu usus-otak, Alexa Duff, mengatakan apabila kesehatan usus terdampak dari banyak hal. Tidak hanya perkara makanan yang masuk ke dalam tubuh. “Kesehatan usus jauh lebih luas daripada apa yang Anda makan, [tapi terpengaruh juga oleh pola] tidur, keseimbangan kehidupan kerja, olahraga, berada di alam, dan waktu bersama orang yang dicintai. Ini adalah langkah pertama yang paling penting,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Gunung Dukono Erupsi Lagi, Tinggi Kolom Letusan Tercatat 1,1 Km
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Sempat Alami Darurat Sampah, Kampung Suryoputran Jogja Sukses Olah Sampah Nyaris 1 Ton Per Bulan
- Ubah Sampah Menjadi Energi Alternatif, Solusi Bangun Indonesia dan dan Got Bag Indonesia Bersihkan Sampah Plastik di Pantai Teluk Awur Jepara
- Bamuskal hingga Panewu Akan Dilibatkan Tahapan Pengangkatan dan Pemberhentian Lurah di Bantul
- DPRD DIY Apresiasi Realisasi APBD 2024, Dorong Optimalisasi Aset untuk Tambah PAD
- Porda XVII DIY 2025: Sleman Mulai Siapkan OPD Pendamping Cabor Demi Membidik Juara Umum
Advertisement
Advertisement