Kebiasaan Konsumsi Makanan Manis Anak dan Remaja Masih Tinggi
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengungkapkan bahwa sebanyak 50% anak dan remaja Indonesia memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan manis.
Data mereka pada 2018 lalu juga menyatakan 32% dari mereka juga lebih banyak mengonsumsi makanan asin, 11% mengonsumsi makanan instan, dan 78% mengonsumsi makanan berpenyedap.
Advertisement
Tidak hanya itu, studi dari The 2022 Indonesian Report Card on Physical Activity for Children and Adolescents juga mengungkapkan fakta bahwa kurang dari 20% anak dan remaja Indonesia bergerak aktif secara fisik.
Oleh karena itu, upaya promosi kesehatan di lingkungan sekolah perlu mendapat perhatian lebih untuk mencegah kondisi ini semakin memburuk.
Dikutip dari data UGM, Indonesia menempati posisi ketiga dalam konsumsi minuman berpemanis di Asia Tenggara, dengan jumlah konsumsi sebanyak 20,23 liter/orang/tahun.
Tingginya konsumsi minuman berpemanis ini berkontribusi pada tingginya angka kematian dan sakit akibat kelebihan berat badan, obesitas, serta penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular.
Saat ini, 43 juta anak usia 0–5 tahun di seluruh dunia mengalami obesitas atau kelebihan berat badan, dan prevalensi obesitas pada anak diperkirakan meningkat dari 4,2% pada tahun 1990 menjadi 9,1% pada 2020.
BACA JUGA: Gratiskan Makanan untuk Pelanggan Obesitas, Restoran Ini Dikritik
Di Indonesia, kasus PTM telah menjadi beban bagi masyarakat karena BPJS Kesehatan harus membayar 14,4 triliun pada 2017 untuk menangani kasus tersebut.
Tingginya konsumsi minuman berpemanis di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama ialah lemahnya sistem regulasi di Indonesia yang mengatur tentang penjualan minuman manis.
Dalam UUD 1945 atau peraturan kementerian, tidak ada definisi standar minuman manis. Tidak adanya definisi standar ini menyebabkan minuman manis tidak dapat dijadikan sebagai produk regulasi.
Faktor kedua ialah terjangkaunya harga minuman manis di Indonesia. Rata-rata penjualan produk minuman manis di toko online seharga Rp 1.500,00 per 180 ml.
Faktor ketiga ialah gencarnya pemasaran minuman manis, salah satunya melalui iklan media massa. Di Indonesia, iklan minuman manis ditayangkan secara luas di keempat stasiun televisi swasta di Indonesia.
Waktu penayangan iklan ini paling tinggi pada hari Sabtu dan Minggu ketika program anak-anak ditayangkan pada pukul 06.00-21.00 WIB.
Fakta saat ini di Indonesia, 62% anak mengonsumsi minuman berpemanis setidaknya seminggu sekali.
Anak-anak merupakan salah satu kelompok yang cukup terpapar dengan produk minuman manis. Sebuah penelitian di SDN Kebon Jeruk 01 Jakarta menunjukkan bahwa mayoritas jajanan yang dijual di kantin sekolah ialah makanan tinggi lemak dan kalori serta minuman tinggi gula.
Tidak hanya di Jakarta, penelitian di Semarang menunjukkan sampel makanan dan minuman di sekolah-sekolah ternyata mengandung pemanis buatan seperti sakarin dan siklamat.
Hal diperkuat dengan pernyataan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Semarang yang menyebutkan sekitar 66,7% makanan dan jajanan anak sekolah di Jawa Tengah belum memenuhi syarat kesehatan.
Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Jakarta Timur, Muhammad Fahmi mengatakan Kemendikbudristek telah mencanangkan kampanye Sekolah Sehat berupa Revitalisasi Unit Kesehatan Sekolah (UKS) melalui Trias UKS, yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.
Untuk mengatasi konsumsi makanan manis tersebut, Shierly Ge, Chief Marketing Officer Sun Life Indonesia mengatakan, mereka rutin melaksanakan Program Sekolah Bersinar, yakni penyediaan prasarana penunjang gaya hidup aktif dan sehat di lingkungan sekolah.
"Kami berharap melalui program ini, dapat berkontribusi bagi kampanye Sekolah Sehat dari Kemendikbudristek dan mewujudkan generasi Indonesia yang lebih sehat dan berprestasi.” ujarnya.
General Manager Zonal Sumatera, Nusa Tenggara Barat, Jawa (Sambawa) Wahana Visi Indonesia, Johny Noya menambahkan beberapa cara untuk meningkatkan aktivitas anak yakni membantu mendorong partisipasi anak melalui pelaksanaan dokter kecil dan memaksimalkan fungsi UKS untuk kegiatan edukasi gizi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan cara yang menyenangkan.
Edukasi imunisasi dasar untuk anak usia sekolah, serta implementasi program aktivitas fisik Build Our Kids’ Success (BOKS) yang telah diperkenalkan pertama kali di Indonesia tahun 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- 2 ASN yang Dipecat karena Selingkuh Aktif Kembali, Bupati Gunungkidul Kecewa
- Bantul Berlakukan Status Siaga Banjir dan Longsor hingga 31 Desember 2024
- 150 Kader Adiwiyata SMP N 3 Banguntapan Dilantik, Siap Bergerak Lestarikan Lingkungan
- Polres Bantul Kerahkan 228 Personel untuk Mengamankan Masa Tenang Pilkada 2024
- Terlapor Tak Datang Klarifikasi, Penelusuran Dugaan Politik Uang di Pilkada Jogja Dihentikan
Advertisement
Advertisement