Advertisement
Digelar 2 Pekan, FKY 2022 Resmi Ditutup

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN — Setelah digelar selama dua minggu, Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2022 resmi ditutup di Taman Kuliner Condongcatur, Minggu (25/9/2022).
Ketua IV FKY 2022, Irfan Darajat mengatakan kebudayaan yang hendak dicatatkan adalah kebudayaan yang menggambarkan keberdayaan warga.
Advertisement
PROMOTED: Dari Garasi Rumahan, Kini Berhasil Perkenalkan Kopi Khas Indonesia di Kancah Internasional
Irfan mencontohkan, seperti 2021 ketika warga saling membantu dalam membuat dapur umum. Tahun ini, FKY mencatatkan keberdayaan warga mengelola air dan tanah.
“Kami mencatat keberdayaan warga dalam mengelola air dan tanah, apa kesulitannya, apa yang mereka lakukan, bagaimana mensiasati atas kelangkaan akses, mungkin sisi solutif dari masyarakat dapat dipelajari dalam mengelola air dan tanah, informasi tersebut kami kemas dalam festival,” kata Irfan.
BACA JUGA: GL Zoo Bisa Jadi Kebun Binatang Bertaraf Internasional, Asalkan...
Irfan menyampaikan FKY 2022 diadakan dengan format bauran (hybrid), ada yang dapat disaksikan secara langsung, dan ada yang digelar secara daring melalui situs resmi FKY. Selain itu, tahun ini FKY tidak diadakan hanya di satu lokasi, tetapi menyebar di kabupaten dan kota di DIY. FKY pun melibatkan berbagai komunitas dalam pelaksanaannya.
Pelaksanaan FKY 2022 melibatkan masyarakat dari berbagai sektor, sastrawan, seniman, budayawan, dan pelaku seni budaya lainnya, selain masyarakat luas sebagai pengunjung.
“Yang kami anggap sebagai keterlibatan masyarakat, bukan hanya audiens, tetapi juga pelaku budaya pelaku seni. Ketika diadakan di Kulonprogo kami juga menghadirkan seniman, pelaku budaya, dari daerah tersebut. Keterlibatan subjek cukup banyak, ada seniman, perupa, seni pertunjukan, pelaku pasar produk kreatif, juga pengunjungnya. Dengan cara menyebar kami harapkan keterlibatan yang lebih luas,” imbuh Irfan.
“Melibatkan lebih dari satu sektor seni itu keharusan, karena ini festival kebudayaan, bukan festival kesenian. Bukan hanya seniman yang kami libatkan dari semua sektor seni, tapi juga pelaku budaya, seperti teman-teman yang merawat bumi,” ujarnya.
Ifran mengatakan festival kebudayaan lebih ideal berdiri sebagai festival yang melakukan pencatatan kebudayaan. Menurutnya, belum ada yang melakukan itu, yang melakukan itu kebanyakan komunitas yang terpisah.
Bagi Irfan, masing-masing penampilan mempunyai keunikannya sendiri. Kalau mengadakan acara di Gunungkidul, komunitas seni budaya disana sangat hidup, bersemangat, antusias dalam keterlibatannya.
Begitu juga dalam peristiwa sastra. Sastra yang hadirkan sebagai peristiwa yang publik mampu menarik antusiasme masyarakat luas. Dari temuan ini, menurutnya tiap penampilan punya kekhasan masing-masing, semua menarik.
“Dalam festival ini komunitas pencatat budaya pun kami libatkan. Harapannya festival ini dapat menjadi sumber pengetahuan, memberikan pengalaman yang baik dan hiburan bagi masyarakat,” kata Irfan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Berita Pilihan
Advertisement

Update Gempa Turki: 1.504 Orang Dilaporkan Tewas, 592 di Antaranya di Suriah
Advertisement

Kunjungan Malioboro Meningkat, Oleh-oleh Bakpia Kukus Kebanjiran Pembeli
Advertisement
Berita Populer
- Masuk Tahun Politik, Generasi Muda Diajak Pedomani Buah Pikir Buya Syafii
- Puluhan Santri se-DIY Pamerkan Produk UMKM
- 75 Panwaslu Kalurahan di Bantul Resmi Telah Ditetapkan
- Pengurus Paguyuban Bregada Rakyat Sembada Dikukuhkan
- Sukses Garap Tol Jogja Solo Senilai Rp7,8 Triliun, Adhi Karya Bidik Potensi Tol Demak-Tuban
Advertisement
Advertisement