Advertisement
Anda Cenderung Makan Terus saat Stres? Ini Alasannya

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Tidak sedikit masyarakat yang melampiaskan rasa stresnya dengan mengonsumsi makanan dan minuman. Tanpa disadari, hal tersebut akan memicu emotional eating yang justru akan membuatnya mengonsumsi makanan tersebut secara berlebih.
Jika tidak dikendalikan, dapat meningkatkan asupan Gula Garam Lemak (GGL) yang dapat memicu munculnya penyakit tidak menular. Apalagi ketika stress, makanan dan minuman yang dikonsumsi biasanya makanan comfort food seperti es krim, kue, coklat, kentang goreng atau pizza yang cenderung tidak sehat.
Advertisement
Tara de Thouars, psikolog yang kerap menangani kasus emotional eating, mengatakan faktor psikologis dan fisiologis mempengaruhi apa yang dikonsumsi dan menentukan hubungan yang dimiliki antara makanan dan emosi.
“Kita membutuhkan makanan untuk bertahan hidup, tetapi ada makanan tertentu yang kita konsumsi dalam kondisi spesifik. Dalam kondisi ini, seseorang biasanya menginginkan makanan berkalori tinggi dengan nilai gizi yang minim,” ujarnya, belum lama ini.
Berdasarkan data dari American Psychological Association, 38% orang dewasa mengaku bahwa saat mereka mengonsumsi makanan tidak sehat secara berlebihan karena munculnya stress, separuhnya merasa menyesal kemudian.
Emotional eating memiliki beberapa tanda yang bisa kita kenali, seperti secara tiba-tiba muncul keinginan makan makanan yang spesifik, atau cenderung makan lebih dari biasanya tapi setelahnya merasa bersalah.
Vera Yudhi H. Napitupulu, Manager Program Klinik LightHOUSE menambahkan ketika seseorang mengonsumsi makan dalam kondisi yang sebenarnya sedang tidak lapar, tubuh sebenarnya sedang tidak dalam kondisi membutuhkan kalori.
Bila kondisi tersebut terjadi secara berulang, maka kelebihan kalori akan disimpan sebagai lemak dan dapat menyebabkan obesitas. Padahal ketika seseorang sudah obesitas dia berisiko terkena berbagai penyakit tidak menular seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, sakit sendi, dan penyakit empedu.
Mengatasi emotional eating perlu melibatkan edukasi kepada individu terkait cara pandang yang sehat akan makanan, membangun pola makan lebih baik, mengenali pemicunya dan membangun langkah-langkah tepat untuk menghadapi stress.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Danantara Bidik Industri Media dan Hiburan untuk Tambah Penerimaan Negara
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Bantul Targetkan Bangun 120 Kilometer Jalan Desa Setiap Tahun
- Gunungkidul Raup Rp214 Juta dalam 2 Hari Kunjungan Wisatawan, Destinasi Pantai Tetap Jadi Favorit
- Catat! Ini Jalur Trans Jogja, Melewati Tempat Wisata, Rumah Sakit dan Kampus
- Di Kulonprogo, Ditemukan Banyak Calon Penerima BSU Rekeningnya Tidak Aktif
- Top Ten News Harianjogja.com Senin 30 Juni 2025: Kunjungan Wisatawan, Impor Sapi hingga Muhammadiyah Bencana Buka Bank Syariah
Advertisement
Advertisement