Advertisement
SASTRA BULAN PURNAMA : Ada Orkes Madun Minggu Nanti di Sela Pembacaan Puisi

Advertisement
[caption id="attachment_408532" align="alignleft" width="222"]http://www.harianjogja.com/baca/2013/05/21/sastra-bulan-purnama-ada-orkes-madun-minggu-nanti-di-sela-pembacaan-puisi-408524/bulan-purnama-ilustrasi-reuters" rel="attachment wp-att-408532">http://images.harianjogja.com/2013/05/bulan-purnama-ILUSTRASI-reuters-370x246.jpg" alt="" width="222" height="148" /> Foto Ilustrasi Bulan Purnama
JIBI/Harian Jogja/Reuters[/caption]
JOGJA—Penyair empat generasi membaca puisi dan fragmen pertunjukan teater dengan lakon bertajuk Madekur Terkeni/Orkes Madun #1, karya Arifin C. Noer. Acara ini digelar untuk menyemarakkan Sastra Bulan Purnama edisi 21 di Tembi Rumah Budaya, Minggu, (26/5) malam.
Advertisement
Beberapa penyair yang tampil yaitu Soeparno S.Adhy, Margita, Ulfatin dan Septi Shinta Sunaryati. Selain pembacaan puisi, pentas itu juga akan diisi permainan gitar akustik oleh Pedro, yang menggarap puisi karya penyair Slamet Riyadi Sabrawi menjadi lagu.
Menurut Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama, penyair empat generasi yang tampil itu masing-masing memiliki riwayat generasi kepenyairan berbeda. Soeparno S Adhy, kata Ons Untoro adalah penyair generasi Persada Studi Klub (PSK) asuhan Umbu Landu Paranggi, bahkan dia termasuk ikut mendirikan PSK.
“Tiga penyair yang lain, Margita dari generasi kepenyairan tahun 1980-an, Ulfatin masuk generasi tahun 1990-an dan Septi Shinta Sunaryati kami masukkan generasi penyair yang mulai menulis tahun 2.000,” katanya kepada Harian Jogja, Senin (20/5).
Sastra Bulan Purnama edisi 21 mengusung tema Penyair 4 Generasi Membaca Puisi. Menurut Ons, pilihan tema tersebut didasarkan karena para penyair yang tampil dari generasi yang berbeda, setidaknya selisih 10 tahun untuk menandai kepenyairan.
“Istilah generasi ini kita ambil hanya untuk mempermudah menandai masing-masing penyair yang tampil” kata Ons Untoro.
Masing-masing penyair mengirim 10 puisi yang ditulis setidaknya tahun 2012 sehingga bisa menunjukkan bahwa para penyair ini masih aktif menulis puisi. Adapun fragmen pertunjukan teater Madekur Tarkeni/Orkes Madun #1 disutradarai Puntung CM.
Pujadi akan dimainkan selama durasi waktu 20-30 menit oleh Gabungan teaterawan Jogja sebagai bentuk dari perkenalan kepada publik sebelum dipentaskan kepada publik yang lebih luas.
“Madekur Tarkeni, merupakan bagian pertama dari pentalogi Orkes Madunnya Arifin C Noer. Ada dua bingkai cerita di dalam lakon Madekur, satu cerita berkisah tentang kisah cinta Madekur (pencopet) dengan Tarkeni (pelacur) namun di bingkai besarnya, menceritakan tentang Waska, beserta anak buahnya yang berniat merampok semesta,” kata Puntung CM Pujadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Pesta Pernikahan Anak Dedi Mulyadi dan Wabup Garut, Animo Warga Tinggi, 3 Meninggal dan Puluhan Luka-luka
Advertisement

Taman Kyai Langgeng Magelang Kini Sediakan Wisata Jeep untuk Berpetualang
Advertisement
Berita Populer
- DPRD dan Pemda DIY Sepakati Perubahan APBD 2025, Pendapatan dan Belanja Turun
- Top Ten News Harianjogja.com, Jumat 18 Juli 2025: Penghasilan di Atas UMR Tak Boleh Terima Bansos, Bantul Creative Expo 2025 Kembali Digelar, Selama 16 Tahun, Daihatsu Jadi Mobil Terlaris Kedua di Indonesia
- KPU Bantul Launching Buku Potret Sosdiklih Parmas dan SDM Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati 20242024
- Mitigasi Kebencanaan mulai Dikenalkan ke Keluarga di Gunungkidul
- Kejari Kulonprogo Kampanyekan Anti-Korupsi lewat Pentas Budaya dengan Peserta Perempuan
Advertisement
Advertisement