Advertisement
Kemenekraf: Produk Daur Ulang Jadi Sumber Ekonomi Baru
Perajin Taryana menunjukkan kerajinan miniatur hasil daur ulang limbah di Muara Angke, Jakarta, Minggu (5/10/2025). Produksi kerajinan miniatur tersebut memanfaatkan limbah seperti tulang ikan, sisik dan cangkang kerang yang dijual mulai dari Rp500 ribu hingga Rp10 juta dan telah ekspor ke China, Inggris serta Malaysia. ANTARA FOTO/Muhammad Rizky Febriansyah/bay - foc.
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Direktur Fesyen Kementerian Ekonomi Kreatif, Romi Astuti, menyampaikan bahwa produk daur ulang memiliki prospek yang kian menjanjikan dan berpotensi menjadi sumber ekonomi baru, baik melalui bisnis fesyen, craft, material inovatif, maupun solusi industri yang lebih berkelanjutan.
“Kementerian Ekraf melihat meningkatnya praktik pemanfaatan limbah pakaian sebagai bagian dari perubahan positif dalam industri fesyen nasional. Tren ini sejalan dengan perkembangan conscious fashion global, di mana konsumen semakin memilih brand yang berkomitmen pada keberlanjutan,” katanya, Kamis (27/11/2025).
Advertisement
Romi menjelaskan bahwa transformasi ini menandai pergeseran signifikan menuju industri fesyen yang lebih bertanggung jawab, rendah limbah, dan berkelanjutan. Produk daur ulang juga makin diterima pasar lokal maupun global karena menawarkan keunikan desain, nilai artistik tinggi, serta memiliki cerita keberlanjutan yang menjadi perhatian konsumen modern.
Selain itu, efisiensi penggunaan material membuat produk daur ulang dapat dikembangkan menjadi barang premium. Produk eco-friendly pun memiliki potensi ekspor yang semakin diminati di berbagai negara.
BACA JUGA
Pendekatan upcycling dan recycling, kata Romi, tidak hanya membantu mengurangi beban limbah tekstil—yang kini menjadi salah satu kontributor terbesar sampah padat—tetapi juga menunjukkan kemampuan pelaku usaha fesyen Indonesia dalam berinovasi dan merespons isu lingkungan secara kreatif.
Meski demikian, ia mengakui bahwa produk ramah lingkungan masih menghadapi tantangan harga yang dinilai belum kompetitif karena kerap berada di atas harga pasar. Untuk itu, pemerintah menghadirkan berbagai program guna memperluas pasar produk berkelanjutan.
Romi menyebut Kemenekraf, melalui program Direktorat Fesyen, terus mendorong pelaku industri untuk menerapkan nilai-nilai circular fashion dan memperkuat cerita keberlanjutan agar brand dapat naik kelas dan diterima pasar nasional maupun internasional.
Salah satu kriteria kurasi program adalah unsur dampak. Karena itu, pegiat fesyen yang mengusung konsep sustainable fashion memiliki peluang lebih besar untuk lolos pendampingan dan fasilitasi dari kementerian.
“Program inkubasi seperti Inkubasi Fesyen Reguler dan Akselerasi Modest Fesyen, Program IDE.IND Fesyen untuk pendampingan brand skala nasional, hingga ASIK yang mempersiapkan brand ke pasar ekspor, seluruhnya memasukkan aspek ramah lingkungan dan sustainability dalam proses penilaiannya,” ujarnya.
Kemenekraf juga memperluas pemahaman soal fesyen berkelanjutan melalui kolaborasi bersama komunitas, desainer, aktivis lingkungan, serta berbagai pihak terkait melalui diskusi, talkshow, seminar, dan pameran yang memberikan eksposur lebih luas bagi jenama yang mengusung konsep tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Produksi Jagung Bantul Tak Cukupi Pakan Ayam Satu Juta Ekor
- BNNP DIY Telusuri Pabrik Narkoba yang Diduga Beroperasi di Jogja
- Kecelakaan Beruntun Terjadi di Jl. Affandi Jogja, Kerugian Rp50 Juta
- Modus Bukti Transfer Palsu, Polsek Kretek Tangkap Pelaku di Bekasi
- Cegah Kendaraan Besar Masuk Kewek, Pemkot Jogja Bangun Portal
Advertisement
Advertisement





