Advertisement

Olahraga Bisa Hilangkan Trauma dan Adiksi

Sirojul Khafid
Kamis, 26 Juni 2025 - 08:07 WIB
Sirojul Khafid
Olahraga Bisa Hilangkan Trauma dan Adiksi

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Olahraga bisa memacu pertumbuhan neuron dan mengubah struktur otak. Di samping itu, olahraga juga berpotensi membuat seseorang melupakan kenangan traumatis dan adiksi.

Para peneliti dari Universitas Toronto, Kanada, dan Universitas Kyushu, Jepang, telah menemukan bahwa peningkatan pembentukan neuron dan penataan ulang sirkuit saraf di hipokampus. Kondisi itu bisa dicapai melalui latihan atau manipulasi genetik. Peneliti menggunakan tikus sebagai percobaan, yang hasilnya menemukan bahwa hewan tersebut bisa melupakan kenangan traumatis atau terkait narkoba.

Advertisement

Temuan tersebut, yang dilaporkan pada tahun 2024 di Molecular Psychiatry, dapat menawarkan pendekatan baru untuk mengobati kondisi kesehatan mental seperti gangguan stres pascatrauma (PTSD) atau kecanduan narkoba. PTSD adalah kondisi kesehatan mental yang dapat dipicu oleh pengalaman atau melihat peristiwa traumatis, seperti bencana alam, kecelakaan serius, atau serangan.

Di seluruh dunia, sekitar 3,9% dari populasi umum mengalami PTSD, dengan gejala termasuk kilas balik yang jelas dan perilaku menghindar, seperti menjauh dari tempat atau mendorong orang yang mengingatkan mereka pada peristiwa traumatis. Saat ini, PTSD sering diobati melalui terapi atau pengobatan seperti antidepresan, tetapi karena banyak orang tidak merespons secara efektif, para peneliti masih mencari pengobatan yang berbeda.

Dalam penelitian terhadap tikus ini, Asisten Profesor Risako Fujikawa dari Fakultas Ilmu Farmasi Universitas Kyushu, mantan pembimbingnya Profesor Paul Frankland dari Universitas Toronto, dan anggota tim mereka termasuk Adam Ramsaran berfokus pada proses neurogenesis (proses pembentukan neuron baru) di hipokampus memengaruhi kemampuan melupakan ingatan akan rasa takut. Hipokampus, wilayah otak yang penting untuk membentuk ingatan yang terkait dengan tempat dan konteks tertentu, menghasilkan neuron baru setiap hari di area yang disebut girus dentata.

“Neurogenesis penting untuk membentuk memori baru tetapi juga untuk melupakan memori. Kami pikir ini terjadi karena ketika neuron baru terintegrasi ke dalam sirkuit saraf, koneksi baru terbentuk dan koneksi lama hilang, sehingga mengganggu kemampuan mengingat memori,” kata Fujikawa, dikutip dari laman Kyushu University. “Kami ingin melihat apakah proses ini dapat membantu tikus melupakan memori traumatis yang lebih kuat juga.”

Para peneliti memberikan dua kejutan kuat kepada tikus dalam suasana yang berbeda. Pertama, tikus dikejutkan setelah meninggalkan kotak putih yang terang benderang dan memasuki kompartemen gelap beraroma etanol. Setelah kejutan kedua di lingkungan lain yang berbeda, tikus menunjukkan perilaku seperti PTSD.

Lebih dari sebulan kemudian, tikus masih takut dan ragu untuk memasuki kompartemen gelap semula, yang menunjukkan bahwa mereka tidak dapat melupakan memori traumatis. Ketakutan ini meluas ke kompartemen gelap lainnya, yang menunjukkan ketakutan umum. Selain itu, tikus kurang menjelajah di ruang terbuka dan menghindari bagian tengah, yang menunjukkan kecemasan.

Para peneliti kemudian meneliti apakah perilaku mirip PTSD ini dapat dikurangi melalui olahraga, yang menurut penelitian dapat meningkatkan neurogenesis. Tikus yang diberi kejutan ganda dibagi menjadi dua kelompok dan satu kelompok diberikan roda lari.

Empat minggu kemudian, tikus-tikus ini menunjukkan peningkatan jumlah neuron yang baru terbentuk di hipokampus mereka, dan yang terpenting, perilaku mirip PTSD tidak terlalu parah, dibandingkan dengan tikus yang diberi kejutan ganda tanpa akses roda. Lebih jauh lagi, ketika tikus bebas berolahraga sebelum kejutan kedua, hal itu juga mencegah berkembangnya beberapa perilaku seperti PTSD.

Dua Pendekatan Genetika yang Berbeda

Olahraga memengaruhi otak dan tubuh dengan berbagai cara. Asisten Profesor, Risako Fujikawa, dalam penelitian di atas, tidak bisa langsung memastikan apakah efek olahraga disebabkan oleh penataan ulang sirkuit hipokampus melalui neurogenesis, atau faktor lainnya. Oleh karena itu, Fujikawa dan para peneliti lain menggunakan dua pendekatan genetika yang berbeda. Hal ini untuk menilai dampak integrasi neuron bayi baru lahir ke dalam hipokampus secara eksklusif.

Pertama, para peneliti menggunakan teknik yang disebut optogenetika, proses mereka menambahkan protein peka cahaya ke neuron yang baru terbentuk di girus dentata, yang memungkinkan neuron diaktifkan oleh cahaya. Ketika mereka menyinari sel-sel ini dengan cahaya biru, neuron baru tersebut tumbuh lebih cepat. Setelah 14 hari, neuron tersebut tumbuh lebih panjang, memiliki lebih banyak cabang, dan terintegrasi lebih cepat ke dalam sirkuit saraf hipokampus.

Dalam pendekatan kedua, tim peneliti menggunakan rekayasa genetika untuk menghilangkan protein pada neuron yang baru terbentuk yang memperlambat pertumbuhan neuron. Hal ini juga mengakibatkan neuron tumbuh lebih cepat dan meningkatkan penggabungan ke dalam sirkuit saraf.

Kedua pendekatan genetik ini mengurangi gejala mirip PTSD pada tikus setelah kejutan ganda dan memperpendek waktu yang dibutuhkan tikus untuk melupakan memori ketakutan. Namun, para peneliti menemukan bahwa efeknya lebih lemah daripada yang mereka lihat melalui olahraga, dan tidak mengurangi tingkat kecemasan tikus.

"Bisa jadi neurogenesis dan perombakan sirkuit hipokampus mengganggu memori rasa takut, tetapi tidak terlalu memengaruhi suasana hati atau emosi," kata Fujikawa. "Olahraga juga memiliki efek fisiologis yang lebih luas, yang dapat berkontribusi pada hasil yang lebih baik."

Terakhir, tim peneliti menyelidiki apakah peningkatan neurogenesis dan remodeling hipokampus juga dapat membantu dalam gangguan mental lain di mana memori memainkan peran penting, seperti gangguan penggunaan zat. Bagi orang yang berjuang melawan ketergantungan obat, kekambuhan sering terjadi ketika pengingat, seperti berada di lingkungan yang sama di mana obat tersebut digunakan, memicu keinginan yang kuat.

Para peneliti menempatkan tikus dalam kandang dengan dua ruangan. Di satu ruangan, tikus diberi larutan garam dan di ruangan lainnya, mereka diberi kokain. Setelah itu, ketika diberi akses bebas ke kedua ruangan, tikus menghabiskan lebih banyak waktu di ruangan tempat mereka diberi kokain.

Namun, ketika para peneliti menggunakan latihan dan metode genetika untuk meningkatkan neurogenesis dan pemodelan ulang hipokampus, mereka menemukan bahwa tikus-tikus tersebut berhenti menunjukkan preferensi terhadap ruangan tempat mereka mengonsumsi kokain, yang menunjukkan bahwa tikus-tikus tersebut telah melupakan hubungan antara ruangan itu dan obat tersebut.

Untuk penelitian di masa mendatang, Fujikawa berencana menemukan obat yang dapat meningkatkan neurogenesis atau remodeling hippocampus, dengan harapan dapat diuji sebagai pengobatan potensial untuk PTSD dan ketergantungan obat. Namun, ia juga menekankan pentingnya olahraga.

"Dalam percobaan kami, olahraga memiliki dampak paling kuat dalam mengurangi gejala PTSD dan ketergantungan obat pada tikus, dan studi klinis pada manusia juga menunjukkan bahwa olahraga efektif," kata Fujikawa. "Saya pikir ini adalah hasil yang paling penting."

Mulai dari yang Kecil, Mulai dari yang Disukai

Sebagian masyarakat sadar pentingnya olahraga, namun kadang susah memulai atau konsisten melakukannya. Di sisi lain, masyarakat sudah tahu apabila jarang olahraga, apalagi ditambah pola makan yang tidak sehat, bisa berdampak buruk pada tubuh.

Menurut dosen prodi Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan Universitas Negeri Surabaya (FIKK UNESA), Roy Januardi Irawan, kebiasaan jarang olahraga dan pola makan yang buruk dapat menimbulkan risiko penyakit yang serius.

Roy berbagai beberapa untuk membangun kebiasaan baru yang lebih sehat. Pertama niat dan tekad. Ingin saja kadang tidak cukup, perlu adanya tekad yang kuat agar proses membangun kebiasaan baru bisa konsisten dan sesuai harapan. Roy mengatakan tekad ini harus hadir dari kesadaran diri sendiri dan mindset akan penting dan mahalnya kesehatan. Ketika upaya digerakkan kesadaran plus tekad yang kuat, kebiasaan baru cepat terbentuk.

Guna memperkuat tekad, dibutuhkan motivasi dari dalam dan dukungan dari luar. Kalau misalnya tanpa dukungan, motivasi internal diri sendiri bisa menjadi bahan bakar yang ampuh ketika kesadaran benar-benar menjadi penggeraknya.

Kedua perlu memaksa dan konsisten. Memulai sesuatu yang baik kadang perlu dipaksakan di awal. Kalau misalnya ingin bangun kebiasaan rutin olahraga, badan harus dipaksa bangun dan bergerak melawan kehendak yang ingin berbaring, bermain game dan tidur terus-menerus. Bisa juga, ketika ada keinginan begadang, harus dilawan agar tetap di rumah dan mencari kesibukan yang bikin cepat ngantuk, bisa membaca buku atau yang lainnya.

Roy menambahkan, mengubah kebiasaan baru memang gampang, tetapi konsisten dengan kebiasaan baru itu sangatlah menantang. Karena itulah, konsisten ini wajib dilakukan. Caranya bisa masuk dalam lingkungan pertemanan yang sama-sama memiliki tujuan yang sama tentang hidup sehat. Bisa juga dengan mengajak orang lain, saudara, teman, orang tua atau orang dekat untuk sama-sama memulai kebiasaan baru biar punya teman seperjuangan.

Ketiga, kiat agar memiliki kebiasaan hidup sehat dengan bertahap dan punya target. Level perubahan setiap orang bisa beda-beda. Ada yang bisa mengubah kebiasaan buruk ke kebiasaan baik dalam seketika, ada juga yang butuh proses atau tahapan. Kalau ingin berhenti merokok, bisa bertahap dan ada target.

Sebagai contoh, bagi yang ingin berhenti merokok, mungkin awalnya satu bungkus bisa habis sehari dikurangi menjadi hanya setengah bungkus saja sehari. "Sebulan kemudian kurang lagi menjadi tiga batang sehari. Sebulan kemudian juga bisa hanya satu batang sehari sampai benar-benar bisa move on sepenuhnya dari merokok," katanya.

Ingat, lingkungan juga perlu diperhatikan. Jika berkumpul dengan orang yang asap rokoknya banter, kita pun bisa tergiur lagi ingin kembali merokok. Lingkungan ini bisa diatur dan diperkuat. Lebih bagus lagi kalau dalam circle pertemanan bisa sama-sama berhenti merokok. Hal yang sama pun berlaku ketika ingin membiasakan diri berolahraga, bisa dimulai dengan jalan-jalan pagi, lalu joging, biasanya sekali seminggu, bisa tambah dua-tiga kali seminggu.

Langkah keempat berupa mulai dari sesuatu yang disukai. Jika ingin membangun kebiasaan olahraga, sebaiknya mulailah dengan melakukan olahraga yang disukai terlebih dahulu. Misalnya, tertarik pegang raket dan smash kok seperti The Daddies atau Taufik Hidayat bisa memulainya dengan bermain badminton. Jika sering menyaksikan teknik menggiring bola di atas lapangan seperti Messi atau Cristiano Ronaldo bisa mulai berolahraga dengan sepak bola atau futsal. Intinya, mulailah dari yang disukai.

Untuk memberhentikan kebiasaan merokok, bisa juga fokus dengan apa yang disukai sehingga keinginan merokok terdistraksi. Sebaiknya, keinginan merokok ini bisa dialihkan ke hobi berolahraga. "Kalau kita lari misalnya, dampak merokok terasa betul di dada, ngos-ngosan. Karena kita ingin menang bermain bola dan ada keinginan untuk berlari kencang secara tidak langsung ada dorongan untuk berhenti merokok," kata Roy.

Kelima, langkah yang bisa dicoba berupa menggunakan strategi. Membangun kebiasaan baru memang perlu strategi untuk mengantisipasi atau meminimalisir kembalinya kita ke kebiasaan lama. Artinya strategi ini membantu dalam membangun kebiasaan baru yang lebih sehat. Misalnya sewaktu-waktu ada gejala mulut ingin merokok bisa ngemut permen. Misalnya ada gejala ingin rebahan seharian, bisa langsung mendengarkan lagu atau kata-kata motivasi tentang olahraga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Sidang Kasus Dugaan Perintangan Penyidikan Suap Harun Masiku, Hasto Kristiyanto Bantah Hubungan Dekat

News
| Kamis, 26 Juni 2025, 16:37 WIB

Advertisement

alt

Pendaki Asal Brasil Jatuh di Gunung Rinjani Dievakuasi

Wisata
| Sabtu, 21 Juni 2025, 17:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement