Advertisement
Dampak Menonton Video Pendek seperti Reels di Medsos, Menurunkan Minat Anak untuk Belajar
![Dampak Menonton Video Pendek seperti Reels di Medsos, Menurunkan Minat Anak untuk Belajar](https://img.harianjogja.com/posts/2025/02/08/1203505/anak-main-gadget-freepik.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Keseringan menonton video pendek seperti reels di media sosial seperti di YouTube, Instagram, Facebook dan semacamnya disebut dapat menurunkan minat anak untuk belajar serta mempengaruhi sikap dan emosinya.
Dokter spesialis kedokteran jiwa dari Rumah Sakit Hermina Bitung dr. Julian Raymond Irwen mengatakan video pendek yang banyak ditonton anak dalam waktu yang lama bakal mengganggu fokus anak untuk mengikuti proses pembelajaran.
Advertisement
BACA JUGA: Pembatasan Penggunaan Medsos oleh Anak, Kemenkomdigi Akui Sudah Terima Masukan
“Jadi kalau anak anda melihat reels, itu kan durasinya sangat singkat, cepat dan berubah-ubah terus. Itu membuat anak mengalami hyperstimulated,” katanya dikutip, Sabtu (8/2/2025).
Salah satu contohnya anak sering menengok ke kanan atau kiri saat diajak berbicara akibat tidak terbiasa fokus pada satu objek saja. Emosinya juga jadi mudah meledak-ledak terutama jika orang tua membatasinya bermain gawai.
“Makanya ada sebuah penelitian yang mengatakan bahwa anak yang kecanduan gawai, itu dia bisa timbul gejala seperti anak dengan gangguan ADHD. Dia jadi sulit untuk fokus begitu, karena kebiasaan mendapat stimulasi yang tinggi,” ujar dia.
Di samping itu minat anak untuk belajar dan membaca buku dapat ikut menurun karena terbiasa untuk menatap gambar bergerak dan berwarna-warni dengan berbagai efeknya, dibandingkan dengan buku pelajaran yang cenderung berwarna hitam putih.
“Anak jadi enggak tertarik dengan pembelajaran. Apalagi dengan fokus yang pendek, sedangkan untuk belajar itu pertama butuh fokus. Dikarenakan kontras yang terlalu tinggi, anak yang terbiasa dengan kontras yang tinggi dia jadi terlalu overstimulated dengan video-video itu,” kata dia.
Guna mencegah hal tersebut, Julian menyarankan pada orang tua untuk melakukan pendampingan dan pengawasan sehingga anak tidak mengalami kecanduan main gawai.
Salah satunya dapat dilakukan dengan memperbanyak aktivitas menarik dan positif bersama anak seperti membaca buku bersama dibanding bermain gawai, olahraga renang atau bulu tangkis bersama hingga mencari makanan lezat.
Orang tua juga dapat menggunakan aplikasi parental control untuk mengawasi anak bermain internet. Dengan tujuan mencegah anak terpapar konten-konten negatif seperti pornografi maupun judi online (judol).
Adapun beberapa gejala dari anak yang kecanduan gawai dan perlu diwaspadai oleh orang tua adalah anak jadi mudah tantrum ketika orang tua membatasi waktu bermainnya, adanya perubahan emosi yang meledak-ledak, anak rela tidak tidur untuk bermain gawai hingga sulit menghentikan kebiasaan berjauhan dengan gawai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2025/02/08/1203521/screenshot_20250206_081931_chrome.jpg)
Penegakan Hukum Kasus Pagar Laut Harus Berlandaskan Fakta dan Bukan Asumsi Apalagi Tekanan Politik
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2025/01/27/1202297/liburan-garut.jpg)
Liburan ke Garut, Ini Lima Tempat Wisata Alam Tersembunyi yang Layak Dinikmati
Advertisement
Berita Populer
- Marak Vandalisme Adili Jokowi, Polresta Jogja Duga Ada Gerakan Terstruktur di Baliknya
- Ganggu Ketertiban Umum WNA China Ditangkap Polisi dan Diserahkan ke Kantor Imigrasi Yogyakarta
- Banyak Terjadi selama Masa Nifas, Penyakit Jantung Jadi Penyebab Utama Kematian Ibu di Bantul
- Pedagang Sudah Direlokasi, Akses Masuk Teras Malioboro Beskalan Justru Belum Kelar Dibangun
- Muncul Vandalisme Adili Jokowi, Begini Analisis LBH Yogyakarta dan Peneliti Perludem
Advertisement
Advertisement