Isu Kesehatan Anak Mencuat, Anggota DPR Minta BPOM Awasi Jajanan di Sekolah
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan pihak sekolah diminta bekerja sama mengawasi jajanan anak di sekolah. Hal ini diutarakan anggota Komisi IX DPR RI Linda Megawati.
"Saya mohon pihak sekolah bekerja sama dengan BPOM setempat untuk mengecek ulang makanan yang tersedia di sekolahan dari jajanan yang beredar di sekolah tersebut," kata Linda dalam Editorial Parlemen bertajuk "Pentingnya Pengawasan Jajanan di Sekolah", sebagaimana dipantau melalui kanal YouTube TVR Parlemen di Jakarta, Jumat (9/8/2024).
Advertisement
Menurut dia, hal tersebut bernilai penting untuk dilakukan agar jajanan yang dikonsumsi anak-anak sekolah terjamin kesehatannya.
"Anak-anak dari kecil, makanan kalau tidak sehat nanti bagaimana ini akan mempengaruhi pertumbuhan anak tersebut?" kata dia.
Linda lalu menyarankan pengawasan dari pihak sekolah dan BPOM itu dilakukan sepekan sekali. "Pihak sekolah mendatakan BPOM minimal sepekan sekali mengecek, inspeksi sepekan sekali atau kalau misalkan ada pedagang yang berjualan makanan yang tidak bisa diserap oleh tubuh atau kadarnya yang berlebihan, ya, minimal dikasih informasi," kata dia.
Hal tersebut disampaikan Linda untuk menanggapi persoalan keberadaan jajanan di sekolah yang mengandung gula, garam, dan lemak (GGL) di atas batas normal. Lalu, ada pula isu yang sempat viral di media sosial, yakni mengenai banyaknya anak yang menjadi pasien cuci darah rutin di rumah sakit.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengonfirmasi bahwa kasus diabetes anak meningkat 70 persen sejak 2010 hingga 2023
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal (Plt Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Yudhi Pramono telah menyampaikan bahwa upaya memastikan produk pangan dengan kandungan GGL yang aman bagi masyarakat memerlukan kolaborasi dari seluruh pihak terkait, termasuk BPOM.
Yudhi pun telah menyampaikan kondisi konsumsi pangan mengandung gula, garam, dan lemak di Indonesia. Ia mengatakan data dari GlobalData Q2 2021 Consumer Survey pada Juni 2021 menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat konsumsi minuman manis dalam kemasan (MBDK) tertinggi di Asia Pasifik.
"Hal ini menjadi salah satu perhatian yang sangat penting untuk diintervensi dalam pengendalian konsumsi gula di Indonesia," ucapnya.
MBDK berisiko meningkatkan kejadian obesitas, diabetes, hipertensi, dan kematian akibat penyakit jantung koroner.
Kemenkes pun terus mengedukasi masyarakat melalui pesan sehat yakni pengonsumsian gula yang lebih dari 50 gram, natrium lebih dari 200 mg, dan lemak yang lebih dari 67 gram per orang per hari berisiko memunculkan penyakit hipertensi, diabetes, dan serangan jantung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Anies Baswedan Diprediksi Mampu Dongkrak Elektabilitas Pramono Anung-Rano Karno
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Dukung Ketahanan Pangan, Polda DIY Produktifkan Lahan Kadar Keasaman Tinggi di Galur
- Jadwal dan Lokasi Keberangkatan Bus DAMRI di Jogja
- Jadwal SIM Keliling di Kulonprogo Kamis 21 November 2024
- Prakiraan Cuaca Hari Ini di Jogja dan Sekitarnya, BMKG: Masih Didera Hujan
- Jelang Pilkada Sleman, Harda-Danang Gelar Silaturahmi dengan Ponpes Wahid Hasyim
Advertisement
Advertisement