Advertisement

Promo Tujuh Belasan

Banyak yang Salah Paham, Ketahui Mitos-Mitos tentang Skizofrenia

Redaksi
Senin, 15 Juli 2024 - 22:07 WIB
Arief Junianto
Banyak yang Salah Paham, Ketahui Mitos-Mitos tentang Skizofrenia Ilustrasi skizofrenia. - freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Terkesan menakutkan, ternyata masih banyak yang salah memahami gangguan mental skizofrenia. 

Anda pernah menonton film seperti Fight Club dan Donnie Darko yang menggambarkan skizofrenia, bukan?. Nyatanya, film-film seperti ini malah mengaburkan pemahaman orang tentang skizofrenia.

Advertisement

Dilansir dari WHO, Senin (15/7/2024), skizofrenia membuat seseorang sulit membedakan realita dan halusinasi. Terdapat beberapa gejala, seperti perilaku dan cara berbicara yang berantakan, delusi, kurang perhatian, dan sulit memecahkan masalah sendiri.

Di sisi lain, 1 dari 3 penderita skizofrenia berhasil mengontrol gejala yang muncul. Hal ini dapat terjadi apabila ditangani dengan baik oleh ahli, serta dapat dukungan emosional yang baik dari lingkungannya.

Kondisi skizofrenia akan mengganggu seseorang dan seluruh aspek kehidupannya jika tidak ditangani. Maka, pemahaman tentang penyakit ini perlu ditingkatkan. 

Dilansir dari sejumlah sumber, berikut 5 mitos tentang skizofrenia yang salah dan perlu diluruskan:

Skizofrenia = kepribadian ganda

Faktanya: Gangguan yang menyebabkan kepribadian ganda adalah dissociative identity disorder, bukan skizofrenia. Orang yang mengalami gangguan skizofrenia lebih condong untuk mengalami halusinasi yang menjelaskan mengapa mereka merasa ada “suara” lain dalam pikiran mereka. Terdapat gejala seperti kesulitan mengingat sesuatu, sulit fokus, dan kekacauan berpikir. Gejala seperti ini dapat mendorong munculnya halusinasi. Dengan kata lain, pengidap gangguan ini hanya sulit membedakan pikiran dengan realita.

Skizofrenia = kekerasan dan kriminalitas

Faktanya: Menurut riset, kebanyakan orang dengan skizofrenia tidak cenderung melakukan kekerasan. Justru, mereka lebih rentan menjadi korban kekerasan. 

Ketika Anda mengenal skizofrenia melalui media seperti film dan TV, Anda akan cenderung mempercayai mitos ini. Pengidap skizofrenia seringkali menjadi tokoh antagonis, bahkan sebagai pemeran utama dalam film. 

Apabila ada pengidap skizofrenia yang melakukan kriminalitas, kemungkinan besar alasannya adalah trauma masa lalu–bukan gangguan mentalnya.

Skizofrenia terjadi karena pola asuh yang buruk & menurun

Faktanya: Sebagai gangguan kesehatan mental, pemicu skizofrenia masih belum diketahui. Karena banyaknya faktor, ahli mengatakan bahwa munculnya gangguan ini tidak serta merta karena pola asuh yang buruk saja. Antara lain faktor penyebabnya bisa jadi adalah genetik, lingkungan, dan psikologi pengidap.

Peristiwa intens dalam hidup juga dapat memicu munculnya episode psikotik. Faktor genetik pun tidak berkontribusi terlalu besar. Faktanya, orang tua dengan gangguan skizofrenia hanya mewariskan 10% dari risiko kepada anak.

Pengidap skizofrenia tidak dapat bekerja maupun sekolah

Faktanya: Jika tidak ditangani dengan baik, pengidap skizofrenia berkemungkinan besar mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Hal yang dibutuhkan dalam pekerjaan dan sekolah, seperti pemecahan masalah dan fokus yang tinggi, menjadi sulit.

Namun, apabila ditangani dan dirawat dengan baik, pengidap skizofrenia bisa melakukan hal-hal normal. Pada kasus tertentu, tingkat kreativitas pada pengidap gangguan ini lebih tinggi dari biasanya. 

BACA JUGA: Orang dengan Skizofrenia Dilatih Menggunakan Game dalam Aplikasi Android

Pelatihan pekerjaan dan rehabilitasi juga berperan besar dalam menangani gangguan ini. Dengan demikian, para pengidap skizofrenia dapat diterima dengan baik oleh masyarakat luas.

Skizofrenia tidak dapat disembuhkan

Faktanya: Skizofrenia memang lebih sulit ditangani dibandingkan gangguan kesehatan mental lain. Akan tetapi skizofrenia dapat ditangani dan dirawat hingga sembuh.

Mengutip Living with Schizophrenia UK, 25% pengidap skizofrenia yang mendapat penanganan baik, sembuh secara total setelah episode psikotik pertama mereka, 25% lainnya merasa gejala dapat dikontrol dengan lebih baik, walaupun terkadang masih kambuh.

Sisanya mendapat bantuan dari penanganan sehari-hari. Sebagai kondisi otak, pengidap skizofrenia dapat dibantu dengan pengobatan dan psikiatri yang tepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Hendak Ikut Demo di Gedung DPR, Ratusan Siswa Sekolah Ditangkap Polisi

News
| Kamis, 22 Agustus 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Keanekaragaman Hayati Geopark Meratus Kalimantan Selatan

Wisata
| Kamis, 22 Agustus 2024, 12:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement