Advertisement
Studi Sebut Vape Punya Kandungan Logam, Bisa Picu Gagal Jantung
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Siapa bilang vape atau rokok elektronik memiliki risiko lebih kecil mengalami masalah kesehatan dibandingkan penggunaan rokok konvensional? Faktanya, berbagai penelitian telah menemukan vaping juga berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Saat ini vape banyak digandrungi oleh kalangan remaja hingga dewasa dan menjadi alternatif dari rokok konvensional.
Advertisement
Dalam sebuah studi yang dilansir Medical Daily menunjukan vape berisiko memicu terjadinya gagal jantung. Studi yang dilakukan oleh National Institutes of Health, menguji 175.667 orang yang aktif menggunakan vape dengan rata-rata usia 52 tahun.
Dari total tersebut, 19% lebih berisiko mengalami gagal jantung dibandingkan orang yang tidak menggunakan vape.
“Semakin banyak penelitian yang menghubungkan rokok elektrik dengan efek berbahaya dan menemukan bahwa rokok elektrik mungkin tidak seaman yang diperkirakan sebelumnya. Perbedaan yang kami lihat sangat besar. Sebaiknya pertimbangkan konsekuensinya terhadap kesehatan Anda, terutama dengan kesehatan jantung,” kata Dr. Yakubu Bene Alhasan, Senin (6/5/2024).
Bahaya vape tidak lepas dari kandungan nikotin dan zat karsinogen yang memicu kanker pada tubuh. Kandungan tersebut dapat dengan mudah menginfeksi saluran pernapasan dan menyebabkan permasalahan lainnya, seperti kanker paru-paru.
Kandungan nikotin yang sama-sama dimiliki vape dan rokok konvensional akan masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan produksi hormon adrenalin meningkat, sehingga jantung menjadi tidak stabil dalam memompa darah.
Tak hanya itu, dalam jurnal Tobacco Control, para peneliti menemukan peningkatan paparan logam berbahaya seperti timbal dan uranium. Kandungan tersebut dapat merusak perkembangan otak dan organ lainnya.
Dalam penelitian tersebut, menguji 1.607 remaja berusia 13-17 tahun. Penelitian itu menguji vape yang memiliki rasa mentol, buah, permen, tembakau, kue, dan minuman alkohol.
BACA JUGA: Ini Kata Pakar Kesehatan soal Vape Jadi Alat Berhenti Merokok
Dari analisis tersebut menunjukan kadar timbal 40% lebih tinggi pada pengguna vape intermiten, dan 30% lebih tinggi pada pengguna vape rutin dibandingkan pengguna vape yang tidak rutin.
Perbandingan jenis rasa juga menunjukkan tingkat uranium 90% lebih tinggi yang menggunakan liquid bercita rasa manis, dibandingkan mentol. Dapat dikatakan penggunaan vape memungkinkan seseorang terpapar logam berbahaya yang berdampak buruk bagi kesehatan, terutama perkembangan otak dan organ tubuh lainnya.
Sementara itu, Guru Besar Bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr, dr Agus Dwi Susanto, mengatakan vape tidak hanya berbahaya bagi diri sendiri melainkan juga orang sekitar. “Jadi kalau menggunakan vape setiap hari, ataupun menghirup uapnya juga berisiko sama. Riset luar negeri, WHO mengatakan orang-orang yang ada di sekitar pengguna vape juga menghirup bahan berbahaya di vape itu.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Menkominfo Pastikan Starlink Tetap Bayar Pajak Seperti Operator Lain
Advertisement
Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu
Advertisement
Berita Populer
- Jurnalis dan Pegiat Media Jogja Tolak RUU Penyiaran
- Pemkot Jogja Luncurkan Sekolah Perempuan Penyintas Kekerasan
- Hari Bakti Dokter Indonesia, IDI Gelar Baksos Operasi Bibir Sumbing di RSUD Sleman
- Puluhan Pewarta Berlaga di Turnamen Billiar Piala Wabup Sleman 2024 di 911 SCH, Ini Para Juaranya
- Produk Turunan Sawit UMKM Jogja Dipamerkan di Acara Indonesia Plantation Watch 2024
Advertisement
Advertisement