Solo dan Jogja: Dua Wilayah di Bumi Mataram Jadi Kota Ternyaman
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Solo dan Jogja menjadi kota ternyaman dalam survei Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) tahun 2022. Solo menempati peringkat pertama, sementara Jogja menempati peringkat kedua.
Dalam survei bertajuk IAP Most Liveable Cities Index (MLCI) 2022, Solo mendapatkan nilai indeks 77. Kota yang berada di Jawa Tengah ini unggul dalam beberapa indikator seperti fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, ketahanan pangan, energi, dan jaringan telekomunikasi. Namun nilai Solo masih cukup rendah dalam indikator keamanan kota, sektor informal kota, pengelolaan air kotor dan drainase, fasilitas pejalan kaki, serta informasi dan partisipasi publik.
Advertisement
Sementara untuk Kota Jogja, wilayah yang masuk dalam Provinsi DIY ini mendapatkan nilai 75. Kota Jogja unggul dalam indikator fasilitas peribadatan, fasilitas pendidikan, fasilitas ekonomi, fasilitas administrasi dan pelayanan publik pemerintah, serta jaringan telekomunikasi. Namun wilayah ini masih rendah dalam nilai informasi dan partisipasi publik, transportasi, perumahan, sektor informal kota, dan keselamatan kota.
BACA JUGA : 7 Kota di Indonesia yang Paling Aman, Ada Jogja Juga loh
Ketua Umum IAP, Hendricus Andy Simarmata, mengatakan survei yang bertepatan dengan ulang tahun IAP yang ke-52 ini menganalisis 34 provinsi di Indonesia. Survei MLCI 2022 melibatkan lebih dari 20.000 responden di 52 kota.
“MLCI IAP merupakan suatu snapshot atas persepsi warga kota tentang kelayakhunian kotanya sendiri, sehingga bisa digunakan sebagai salah satu refleksi dan referensi pemerintah dalam meningkatkan layanan perkotaannya, seperti yang diamanatkan dalam PP 59 2022 tentang perkotaan pasal 40 ayat 4 dan pasal 45,” kata Andy, dalam laporannya.
Hasil survei MLCI 2022 menunjukkan persepsi warga yang terus membaik atas tingkat kelayakhunian kotanya. Secara rata-rata nasional, ada peningkatan dari tahun 2009 mencapai indeks 54, tahun 2017 mencapai indeks 62, dan tahun 2022 ini mencapai indeks 69. Dan nilai indeks untuk masing-masing kota tidak ada yang menurun dibandingkan tahun 2017. Selain itu, semua kota memiliki indeks di atas 60.
Pencapaian ini patut diapresiasi. Kendati demikian, hasil survei juga mencatat delapan faktor kelayakhunian yang masih memiliki skor rendah, yaitu tingginya biaya hidup di kota, sulitnya mendapatkan pekerjaan, mahalnya harga rumah, angkutan umum yang belum bisa diandalkan, buruknya fasilitas pejalan kaki, kualitas penataan PKL yang belum baik, minimnya pelibatan warga kota dalam pembangunan, serta jarangnya penyelenggaraan event-event seni budaya.
“Oleh karena itu, hasil temuan tersebut sebagaimana terurai lengkap dalam buku MLCI IAP ini, diharapkan dapat membantu kota-kota dalam menentukan prioritas dan fokus penanganan masalahnya,” katanya.
Sebagai informasi, IAP merupakan organisasi profesi perencanaan wilayah dan kota tertua terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Didirikan pada tahun 1971, IAP beranggotakan lebih dari 3.000 perencana wilayah dan kota, dengan sekitar 2.000 diantaranya adalah perencana bersertifikat. Anggota IAP tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, dan telah terbentuk 34 kepengurusan provinsi.
Mayoritas Berada di Kota
Pertumbuhan penduduk perkotaan secara global diperkirakan akan terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2021, data World Bank menyebutkan bahwa 57% penduduk dunia maupun Indonesia hidup di daerah perkotaan. Artinya lebih dari setengah penduduk akan tinggal di kawasan perkotaan. Proyeksi dari PBB (2018), pada tahun 2050 sebanyak 68% penduduk dunia atau sebanyak 2,5 Milyar Jiwa akan tinggal di perkotaan.
BACA JUGA : Bisa Jadi Pilihan Tempat Tinggal, Ini 9 Kota Ternyaman di Indonesia
Tingkat Urbanisasi di Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 1960-an dan pada tahun 2021, dapat terlihat tingkat urbanisasi Indonesia sama dengan angka rata-rata tingkat urbanisasi dunia. “Sedangkan rata-rata pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 2010-2020 mencapai 1,25%, melambat 0,24% dibandingkan tahun 2000-2010 yaitu sebesar 1,49% Kota sebagai tempat berkumpulnya modal dan kesempatan untuk bekerja, berimplikasi pada peningkatan penduduk di perkotaan,” kata Andy.
Data dari Badan Pusat Statistika (BPS), menunjukkan bahwa pada tahun 2010 penduduk desa memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan penduduk perkotaan di Indonesia. Selanjutnya, pada tahun 2015 sebanyak 53,6% penduduk tinggal di perkotaan dan pada tahun-tahun berikutnya penduduk kota terus mengalami peningkatan. Proyeksi menunjukan sekitar 66,6% penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan pada tahun 2035.
Kota dengan Indeks Livability Tertinggi
- Solo
- Jogja
- Cirebon
- Magelang
- Semarang
- Kediri
- Mataram
- Pangkal Pinang
- Medan
- Samarinda
- Banjarmasin
- Singkawang
Kota dengan Indeks Livability Terendah
- Palu
- Sorong
- Padang
- Pekanbaru
- Tegal
- Depok
Kota dengan Indeks Livability Tertinggi tahun 2009
Jogja
Kota dengan Indeks Livability Tertinggi tahun 2011
Jogja
Kota dengan Indeks Livability Tertinggi tahun 2014
Balikpapan
Kota dengan Indeks Livability Tertinggi tahun 2017
Solo
Kota dengan Indeks Livability Tertinggi tahun 2022
Solo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : IAP
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bareskrim Polri Pulangkan DPO Judi Online Situs W88 dari Filipina
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Tabrakan dengan Truk Boks di Jalan Tempel-Turi, Pengendara Motor Meninggal di Lokasi Kejadian
- KAI Amankan 7.200 Barang Milik Penumpang, Total Senilai Rp11,4 Miliar
- Pekerja Kreatif Bertemu Calon Walikota Jogja Hasto Wardoyo, Bahas Apa?
- Hasil Pemetaan dan Rekomendasi dari Bawaslu Bantul Terkait Potensi TPS Rawan di Pilkada Bantul 2024
- Puluhan Pengumpul Sampah Datangi Rumah Cabup Sleman Harda Kiswaya, Sampaikan Keluhan dan Harapan
Advertisement
Advertisement