Advertisement

Asal Usul dan Makna Rabu Abu, Masa Pertobatan Umat Katolik

Tri Indah Lestari (ST22)
Rabu, 22 Februari 2023 - 15:37 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Asal Usul dan Makna Rabu Abu, Masa Pertobatan Umat Katolik Ilustrasi Rabu Abu sebagai wujud pertobatan. - Adobe Stock

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Rabu, 22 Februari 2023 ini merupakan perayaan Rabu Abu. Rabu Abu merupakan perayaan bagi umat Katolik yakni hari pertama masa Prapaskah, masa menyambut kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.

Lantas mengapa disebut Abu? Dilansir dari berbagai sumber, abu ialah tanda dari pertobatan dan diperingati pada hari Rabu karena perhitungan 40 hari sebelum hari Minggu Paskah (tanpa hari Minggu) atau 44 hari (termasuk hari Minggu) sebelum Jumat Agung. Oleh karenanya Rabu Abu menjadi pertanda telah masuknya masa tobat 40 hari sebelum Paska.

Advertisement

Sedangkan angka 40 sendiri memiliki makna sebagai lamanya persiapan. Misalnya, Musa berpuasa selama 40 sebelum menerima Sepuluh Perintah Allah begitu juga dengan Nabi Elia, bahkan Tuhan Yesus sebelum memulai pewartaan-Nya turut berpuasa selama 40 hari 40 malam di padang gurun.

Dalam Perjanjian Lama, abu digunakan sebagai lambang perkabungan, rasa penyesalan dan pertobatan umat manusia.

Seperti Mordekhai dalam Kitab Ester yang mengenakan kain kabung dan abu saat mendengar keputusan Raja Ahasuerus dari Persia untuk membunuh semua orang Yahudi di Kerajaan Persia. Lalu saat Yunus berkhotbah agar orang-orang melakukan pertobatan dan kembali kepada Tuhan, Kota Niniwe kemudian melakukan puasa dan mengenakan kain kabung dan duduk di atas abu.

Baca juga: Terasering Sitegong, Surga Alam dengan Latar Gunung Sumbing

Yesus pun pernah menyinggung pemakaian abu mengacu pada kota yang menolak untuk bertobat dari dosa.

Mulanya Gereja menggunakan abu sebagai simbolis yang serupa. Hingga pada abad pertengahan, penggunaan abu oleh gereja ialah pertanda dimulainya masa pertobatan Pra-Paskah sekaligus bukti telah menyesali segala dosa yang telah diperbuat.

Abu tersebut terbuat dari ranting palem yang digunakan pada Minggu Palma di tahun sebelumnya.

Para jemaat akan mendapatkan tanda salib di dahi dari abu yang dioleskan Pastor seraya berkata, "Ingat, manusia kamu adalah debu dan kamu akan kembali menjadi debu," atau "Berpaling dari dosa dan setia kepada Injil."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kemenkes Buka Pendaftaran Lowongan Nakes untuk 4 Rumah Sakit

News
| Kamis, 25 April 2024, 01:17 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement