Advertisement

James Cameron Tolak Netflix Akuisisi Warner Bros, Ini Alasannya

Newswire
Sabtu, 13 Desember 2025 - 14:07 WIB
Abdul Hamied Razak
James Cameron Tolak Netflix Akuisisi Warner Bros, Ini Alasannya Instalasi tiga dimensi (3D) bawa Dunia Pandora "Avatar: Fire and Ash" ke Senayan City, Jakarta, Jumat (12/12/2025). ANTARA - Abdu Faisal

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA— Sutradara Avatar: Fire and Ash James Cameron menyuarakan kekhawatirannya terhadap rencana Netflix mengakuisisi Warner Bros, studio legendaris yang telah berdiri selama 102 tahun. Cameron menilai langkah tersebut berpotensi menggerus eksistensi bioskop sebagai ruang sakral pengalaman sinema.

Dalam wawancara yang dikutip dari Deadline, Sabtu, Cameron menyebut Netflix perlu memberikan ruang bagi para pembuat film yang tetap berpihak pada pemutaran layar lebar.

Advertisement

“Mereka harus membuat akomodasi dengan beberapa pembuat film seperti Guillermo del Toro dan lainnya yang ingin tetap berpihak pada bioskop. Aku pikir bukan rahasia lagi kalau Netflix ingin menggantikan bioskop,” ujar Cameron.

Sutradara peraih tiga Oscar itu menegaskan akan menentang setiap kebijakan yang mengancam kelangsungan industri bioskop. Meski mengakui perkembangan zaman, Cameron menolak anggapan bahwa streaming bisa sepenuhnya menggantikan pengalaman menonton di gedung bioskop.

“Mungkin aku terdengar seperti hidup di zaman dinosaurus, tapi ada sesuatu yang sakral dari pengalaman menonton film di bioskop. Kemudahan akses lewat streaming bukanlah jawaban yang utuh,” katanya.

Menurut Cameron, meskipun alam semesta industri hiburan akan terus beradaptasi, pengalaman menonton di bioskop tidak bisa begitu saja dihapuskan. “Aku akan tetap menentang itu,” tegasnya.

Sementara itu, Co-CEO Netflix Ted Sarandos pada Senin menarik kembali pernyataan kontroversial yang ia sampaikan beberapa bulan terakhir. Sarandos menyatakan kini mendukung penayangan film di bioskop, khususnya untuk proyek-proyek Warner Bros yang sejak awal dirancang untuk layar lebar.

Sarandos mengatakan Netflix akan menghormati kalender penayangan film-film tersebut. Namun, sejumlah sumber menyebut Netflix hanya menginginkan masa eksklusif bioskop selama 17 hari sebelum film dirilis ke platform streaming. Durasi ini jauh lebih singkat dibandingkan harapan banyak pihak yang menginginkan minimal 45 hari, termasuk Cameron.

Periode 17 hari itu dinilai sebagai pukulan telak bagi pelaku industri bioskop. Cameron menilai, meski film yang baik seharusnya tetap berkualitas di layar mana pun, ukuran keberhasilan sebuah film masih sangat dipengaruhi oleh penayangan optimal di bioskop.

Sebagai contoh, Avatar: The Way of Water (2022) yang dirilis terlebih dahulu di bioskop berhasil menjadi film terlaris ketiga sepanjang masa dunia dengan pendapatan 2,3 miliar dolar AS dan laba sekitar 531 juta dolar AS.

Cameron menegaskan film tersebut memang dirancang khusus untuk format bioskop 3D dan Image Maximum (IMAX). Hal serupa juga diterapkan pada film terbarunya, Avatar: Fire and Ash, yang berdurasi 3 jam 15 menit dan dibuat untuk pengalaman layar lebar tanpa komposit.

“Begitu kamu sudah memegang remote dan mengutak-atik tampilan gambar, dampak emosinya bisa hilang setengah,” ujar Cameron. “Boom! Mic drop. Belum pernah aku bicara sejelas ini,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Pantau Pengungsi Langkat, Prabowo Janji Tak Tinggalkan Korban

Pantau Pengungsi Langkat, Prabowo Janji Tak Tinggalkan Korban

News
| Sabtu, 13 Desember 2025, 15:57 WIB

Advertisement

Panduan Akomodasi Ramah Muslim di Singapura

Panduan Akomodasi Ramah Muslim di Singapura

Wisata
| Jum'at, 12 Desember 2025, 14:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement