Advertisement

Promo November

Sejarah Film JESEDEF di Piala Citra Tahun 2024

Sirojul Khafid
Rabu, 27 November 2024 - 06:17 WIB
Sunartono
Sejarah Film JESEDEF di Piala Citra Tahun 2024 Film - Ilustrasi - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (JESEDEF) mendapatkan tujuh Piala Citra pada Malam Anugerah Festival Film Indonesia (FFI) di Jakarta, Rabu (20/11/2024). Film garapan Yandy Laurens ini meraih tujuh penghargaan dari total sebelas nominasi.

JESEDEF meraih Piala Citra untuk kategori nominasi Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik (Sheila Dara Aisha), Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Alex Abbad), Lagu Tema Terbaik (Donnie Maula - Bercinta Lewat Kata), Penulis Skenario Asli Terbaik (Yandy Laurens), Pemeran Utama Pria Terbaik (Ringgo Agus Rahman), Pemeran Utama Perempuan Terbaik (Nirina Zubir), dan Film Panjang Terbaik. Kemenangan empat pemeran dari satu film yang sama merupakan yang pertama kali terjadi di sepanjang sejarah FFI.

Advertisement

"JESEDEF ditulis di masa pandemi. Kehidupan kita tidak aman di masa pandemi, tapi dia (istrinya, Joan) masih percaya untuk menyuruh saya masuk ke ruang bekerja dan menulis JESEDEF. Sebuah proyek yang belum ada investornya," kata Yandy Laurens saat menerima penghargaan.

Yandy berterima kasih kepada Cerita Films dan Imajinari yang mau menerima ide uniknya untuk membuat film dengan gambar hitam-putih. Ia bercerita bahwa film tersebut sebelumnya telah mendapat banyak penolakan dari produser dan investor. "Katanya boleh, tapi berwarna," katanya.

Yandy mengatakan dirinya merasa disambut baik oleh industri perfilman Tanah Air. Sebelumnya, Yandy memulai karier penyutradaraannya melalui film-film pendek dan web series dengan cerita unik, seperti Sore: Istri dari Masa Depan, Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode, Yang Hilang dalam Cinta, hingga beberapa video musik untuk musisi Indonesia.

Adapun Piala Citra yang didapatkan Ringgo Agus Rahman merupakan yang pertama kali di sepanjang kariernya sebagai aktor. Total, ini merupakan nominasi kelima yang ia dapatkan. "Selama ini, piala ini selalu jauh buat saya," kata Ringgo.

Sementara untuk Nirina Zubir, Piala Citra FFI 2024 merupakan piala keduanya setelah 18 tahun. Ia terakhir kali menyabet Piala Citra lewat film Heart (2006). Nirina Zubir mengatakan bahwa perjuangan JESEDEF cukup panjang, sehingga kemenangan ini diharapkan bisa membuat film Indonesia terus berkembang dan bervariasi ke depannya. Ia mengajak sineas Indonesia untuk berani membuat film dengan genre berbeda. Nirina juga meminta para investor untuk percaya pada kreativitas dan imajinasi para insan perfilman Indonesia.

Bukti Kerja Keras

Penghargaan Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2024 merupakan bentuk pengakuan dan kerja keras para sineas di Indonesia. Hal tersebut dikatakan oleh Menteri Kebudayaan (Menbud) Republik Indonesia, Fadli Zon. Menurutnya, film Indonesia adalah milik kita bersama dan menjadi sumber kebanggaan serta inspirasi.

“FFI adalah bentuk pengakuan dan kerja keras insan perfilman, terlepas dari segala tantangan yang telah memberikan dampak besar," kata Fadli, beberapa waktu lalu. "Bukan hanya bagi penikmat film, penonton film, tapi juga untuk membangun citra Indonesia di kancah global," sambungnya.

Melalui Kementerian Kebudayaan, Fadli mengatakan pemerintah akan terus mendukung ekosistem perfilman di Indonesia. Kini, Indonesia telah memiliki Kementerian Kebudayaan yang berdiri sendiri dan bertugas untuk memajukan kebudayaan nasional. Hal tersebut tercantum dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 Tentang kemajuan kebudayaan menjadi pondasi dalam kerangka mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa untuk memperkaya keberagaman budaya, memperteguh jati diri bangsa, dan memperkokoh persatuan.

"Jadi, jelas sekali ini adalah perintah konstitusi, salah satunya kemajuan kebudayaan itu melalui film Indonesia," kata Fadli.

Lebih lanjut, dia mengatakan terbentuknya Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia merupakan bentuk komitmen Presiden Prabowo Subianto untuk melindungi, mengembangkan, memanfaatkan, dan membina kebudayaan. Hal ini termasuk mendukung talenta-talenta bangsa untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan membentuk kepribadian dalam kebudayaan.

Selain itu, Undang-Undang No. 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman juga menjadi landasan penting untuk melindungi, mendorong, dan mengembangkan ekosistem perfilman yang sehat dan berdaya saing. Landasan tersebut dibuat untuk memastikan bahwa karya-karya sineas Indonesia tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sebagai sarana pendidikan, penguatan budaya, dan pembangunan karakter bangsa.

"Hari ini, Piala Citra bukan sekadar penghargaan, dia adalah simbol apresiasi terhadap dedikasi, kerja keras, dan kecintaan terhadap seni dan budaya," kata Fadli. "Setiap film yang diciptakan adalah cerminan keanekaragaman dan kekayaan budaya Indonesia, yang memperkenalkan wajah bangsa kita ke mata dunia. Tak peduli siapa yang membawa pulang penghargaan, sesungguhnya saudara-saudara semua adalah pemenang."

Fadli juga mengatakan film-film yang lahir dari tangan sineas Indonesia telah berhasil menggugah hati banyak orang, baik di Indonesia maupun mancanegara. Dia pun berharap FFI tidak hanya menjadi ajang penghargaan bagi para insan perfilman Indonesia, tetapi juga mengajak masyarakat untuk lebih menghargai karya dari seniman lokal. "Saya berharap, pesan dan semangat dari Festival Film Indonesia 2024 dengan tema 'Merandai Cakrawala Sinema Indonesia' akan terus hidup dalam hati dan karya kita," katanya.

Rekor 

Penonton bioskop film Indonesia mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Tahun 2024 sampai September, ada lebih dari 60 juta penonton yang pergi ke bioskop di Indonesia.

Menurut Direktur Perfilman, Musik dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Mahendra Budaya, angka penonton tersebut merupakan yang tertinggi sejak 98 tahun lalu, atau pada 1926.

Dalam uraian data dari Kemendikbudristek, jumlah penonton film impor jauh di bawah jumlah tersebut, yakni sebesar 35 juta penonton. "Pertama kali dalam sejarah, film Indonesia tembus 60 juta penonton," kata Mahendra, beberapa waktu lalu.

Adapun detail jumlah penonton film Indonesia hingga September 2024 yaitu 60.158.548. "Terima kasih atas antusiasme masyarakat yang sudah menonton film-film Indonesia secara langsung di bioskop. Mari terus dukung perfilman Indonesia!" katanya.

Film lokal terlaris sepanjang 2024 adalah “Agak Laen”. Film tersebut meraih 9,1 juta penonton. Sementara film impor terlaris yaitu “How to Make Million Before Grandma Dies” dengan 3,5 juta penonton.

Genre Bervariasi

Pertumbuhan penonton film Indonesia meningkat pesat pada kuartal ketiga 2024. Tidak ada genre film khusus yang mendominasi penjualan tinggi. Dari film bergenre superhero lokal hingga drama keluarga banyak mendapatkan pasarnya semua.

Ada anggapan apabila kualitas produksi film semakin meningkat, sehingga menjadi faktor utama yang mendongkrak jumlah penonton di bioskop. Tidak hanya itu, bioskop-bioskop di seluruh Indonesia juga merasakan dampak positif dari lonjakan penonton ini.

Peningkatan jumlah pengunjung bioskop menunjukkan antusiasme masyarakat yang semakin tinggi terhadap film Indonesia. Peningkatan yang juga diikuti oleh perluasan jaringan bioskop ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak terjangkau. Pencapaian ini diharapkan menjadi titik awal yang semakin mengukuhkan posisi film Indonesia di peta perfilman internasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pilkada Jakarta, Pramono-Rano Unggul 50,02% Versi Quick Count LSI

News
| Rabu, 27 November 2024, 15:27 WIB

Advertisement

alt

Merasakan Lumernya Cokelat dari Jogja

Wisata
| Senin, 25 November 2024, 08:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement