Advertisement
Penderita Stroke Mulai Bergeser ke Usia 30 Tahun
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Penderita stroke semakin bergeser ke usia muda. Tren penyakit yang mematikan ini mulai masuk di usia 30-an tahun.
Sembari memperingati Hari Stroke Sedunia yang jatuh setiap 29 Oktober, perlu kiranya untuk melihat lanskap penyakit stroke di Indonesia. Salah satu fenomenanya, penyakit stroke mulai banyak mengidap anak muda.
Advertisement
Dokter dari Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (Perdosni), Dodik Tugasworo, mengatakan gaya hidup yang tidak sehat merupakan faktor risiko stroke di usia muda. Gaya hidup tidak sehat ini seperti kurang aktivitas fisik hingga pola makan tinggi lemak dan gula.
"Beberapa usia yang saya temui sekitar 30 sampai 40 tahun itu meningkat sekali, dan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan risiko stroke di usia muda ini karena disebabkan gaya hidup yang kurang sehat," kata Dodik, beberapa waktu lalu.
BACA JUGA : Komunitas Penyintas Stroke Jogja Gelar Rehabilitasi Mental di Malioboro
Dodik menambahkan, kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, hingga tingkat stres tinggi juga berkontribusi dalam meningkatkan risiko terjadinya serangan stroke pada populasi usia muda. "Tingkat stres juga penting karena pada mereka itu iklim kompetisi mungkin menjadi tinggi, sehingga terjadi gangguan tidur dan semua ini menjadi risiko terjadinya stroke," katanya.
Di samping gaya hidup, stroke juga bisa disebabkan oleh riwayat penyakit genetik serta penyakit penyerta lainnya di antaranya hipertensi, diabetes, dislipidemi, dan kegemukan. Untuk mencegah stroke pada usia muda, Dodik menganjurkan penerapan slogan 3O + 1D yakni Olahraga 30 menit setiap hari, olah seni atau menjalani hobi, dan kegiatan yang membuat hati senang, olah jiwa atau mendekatkan diri dengan Tuhan, dan tidak melakukan sesuatu secara terburu-buru, serta diet sehat dengan mengurangi konsumsi makanan berlemak.
Bisa Dicegah
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Yudhi Pramono, menyebutkan 90% kasus stroke dapat dicegah melalui pengendalian faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, merokok, hingga kurang aktivitas fisik.
Yudhi menerangkan bahwa Kemenkes mendorong kegiatan skrining kesehatan yang dilakukan saat hari ulang tahun setiap penduduk sebagai langkah pencegahan peningkatan prevalensi kasus stroke di Indonesia. "Di dalamnya ada skrining baik kolesterol kemudian profil lipid yang nanti juga untuk mengantisipasi terjadinya stroke," katanya.
Pembiayaan Besar
Dalam Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 mencatat bahwa prevalensi kasus stroke di Indonesia sebanyak 8,3 per 1000 penduduk. Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Yudhi Pramono, mengatakan dari segi pembiayaan, pada tahun 2023 stroke adalah penyakit katastropik dengan pembiayaan terbesar ketiga setelah penyakit jantung dan kanker yaitu Rp5,2 triliun.
Dalam rangka menurunkan angka prevalensi stroke di Indonesia, Kemenkes menggalakkan program deteksi dini dislipidemia atau kadar lemak tidak normal dalam darah pada pasien diabetes melitus dan hipertensi. Pemerintah menargetkan 90% atau 10,5 juta penduduk telah melakukan deteksi dini pada tahun 2024.
"Butuh upaya yang lebih masif lagi dengan melibatkan berbagai unsur dari pemerintah, akademisi, organisasi profesi, swasta, dan masyarakat, dalam meningkatkan capaian deteksi dini stroke sebagai upaya menurunkan insiden stroke di Indonesia," kata Yudhi.
Tidak hanya program deteksi dini, Kemenkes juga melakukan transformasi layanan kesehatan mulai dari aspek layanan primer hingga teknologi kesehatan. Upaya penguatan layanan primer dilakukan melalui integrasi pelayanan, termasuk terkait deteksi dini stroke. Sedangkan pada layanan rujukan, melalui pengampuan rumah sakit layanan stroke, dilakukan dengan pemenuhan sarana prasarana dan tenaga kesehatan.
BACA JUGA : Masih Jadi Penyakit Mematikan, Update Penanganan Stroke Perlu Dilakukan
"Saat ini kita mengembangkan stroke registry sebagai basis bukti kebijakan stroke untuk ke depannya," katanya.
Kemenkes juga akan mendorong kegiatan skrining kesehatan yang dilakukan saat hari ulang tahun setiap penduduk. "Di dalamnya ada skrining baik kolesterol, kemudian profil lipid yang nanti juga untuk mengantisipasi terjadinya stroke," kata Yudhi.
Prevalensi Stroke Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok Usia (2023)
Nama Data | Nilai |
75 tahun ke atas | 41,3 |
65-74 tahun | 35,4 |
55-64 tahun | 23,6 |
45-54 tahun | 8,9 |
35-44 tahun | 2 |
25-34 tahun | 0,5 |
15-24 tahun | 0,1 |
Proporsi Responden terhadap Jenis Penyakit yang Menyebabkan Disabilitas (2023)
Nama Data | Nilai |
Kelainan bawaan | 46,9 |
Hipertensi | 22,2 |
Stroke | 20,2 |
Katarak | 19,5 |
Diabetes | 10,5 |
Kanker | 0,6 |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Uang Rp 1 Triliun Disita di Rumah Mantan Pejabat MA, Hardjuno: Dunia Hukum di Indonesia Alami Krisis Serius
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Pemkab Bantul akan Gandeng Swasta untuk Pengelolaan dan Pembangunan Tambatan Kapal di Sekitar Pantai Depok
- Pemkab Bantul Segera Keluarkan Kebijakan Terkait Penanganan Miras di Wilayahnya
- Datangi Polda DIY, Ribuan Santri Tuntut Kasus Penusukan Santri di Jogja Diusut Tuntas
- Warga Plumbon Banguntapan Keluhkan Tumpukan Sampah di Wilayahnya
- Pengawasan Parkir Kulonprogo Rutin Dilakukan Dishub, Tiap Bulannya Hasilkan Rp20 Juta
Advertisement
Advertisement