Advertisement
Kolaborasi Indonesia, Ghana, dan Inggris, Advokasi Kesehatan Mental Melalui Seni
![Kolaborasi Indonesia, Ghana, dan Inggris, Advokasi Kesehatan Mental Melalui Seni](https://img.harianjogja.com/posts/2024/02/15/1164983/tby.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Jaringan Advokasi Kesehatan Mental melalui Seni atau Arts for Mental Health Advocacy (AMHA) Network menggelar International Arts Performance: A Visual Symphony for Mental Health di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Kamis (15/2/2024).
Kolaborasi penelitian internasional antara Universitas Gadjah Mada, University of Warwick, University of Essex, University of Ghana, dan Middlesex University London ini untuk menyebarkan kepedulian tentang kesehatan mental melalui seni.
Advertisement
AMHA terdiri dari berbagai pihak seperti seniman, penyintas gangguan jiwa, dan masyarakat umum yang tertarik dengan penggunaan seni sebagai alat advokasi kesehatan mental.
Dalam International Arts Performance: A Visual Symphony for Mental Health, pertunjukan yang tersaji mulai dari dialog pengalaman penyintas gangguan jiwa, pertunjukan monolog, pembacaan puisi, menyanyi bersama, hingga pemutaran dan diskusi film berjudul Harmoni: Healing Together.
Direktur Center for Public Mental Health (CPMH) UGM, Diana Setiyawati mengatakan pertunjukan seni untuk kesehatan mental ini sebagai bentuk kecintaan pada negeri. “Kesehatan mental secara lahir dan batin perlu terus diperjuangkan apapun cuacanya. Kesehatan mental merupakan urusan kita bersama. Sama seserius seperti kesehatan fisik,” kata Diana, di TBY, Kamis.
Melalui pendekatan seni, harapannya kesadaran dan advokasi pada kesehatan mental semakin menyentuh lini-lini masyarakat sampai yang terdalam. Sehingga nantinya satu orang dan lainnya lebih peduli pada perjalanan antar manusia di Bumi ini.
BACA JUGA: Dinkes DIY Catat Kasus Gangguan Mental Anak dan Remaja Terbanyak di Sleman
Dosen dari University of Essex, Inggris, Ursula Read mengatakan kolaborasi internasional ini bisa membawanya ke Ghana dan Indonesia. Setiap anggota AMHA bisa saling belajar dan berbagi ilmu tentang kesehatan mental. Setiap negara bisa jadi memiliki kasus dan cara penanganan yang khas.
Meski begitu, ada pola yang sama, tentang masih adanya diskriminasi pada penyandang kesehatan mental. “Mari berjuang bersama untuk berubah dan keluar dari diskriminasi serta stereotipe kesehatan mental. Semoga terinspirasi dengan apa yang kita lihat di sini,” kata Ursula.
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama, Wenty Marina Minza, mengatakan jejaring AMHA, dan juga CPMH UGM, konsisten untuk terus bergerak, menjadikan seni sebagai media untuk mempromosikan kesehatan mental.
“Kami berharap bisa melanjutkan kolaborasi ini ke depannya. Kesehatan mental menjadi perhatian penting UGM dan juga stakeholder lain, agar bisa memberikan manfaat bagi semuanya,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2024/07/27/1182770/prabowo_olimpiade.jpg)
Hadiri Pembukaan Olimpiade Paris 2024, Prabowo Dijamu Presiden Emmanuel Macron
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2024/07/24/1182437/taman-ablekambang.jpg)
Taman Balekambang Solo Resmi Dibuka Kamis 25 Juli 2024, Segini Tarif Masuk dan Jam Operasionalnya
Advertisement
Berita Populer
- KPU Bantul Dorong Partisipasi Pemilih Disabilitas di Pilkada 2024 dengan Berbagai Pendekatan
- Harga Cabai Bisa 4 Kali Naik dalam Sepekan, Pemda DIY Akui Kesulitan Kendalikan Fluktuasi
- Dianggarkan Rp5,2 Miliar, Perbaikan Museum Gunung Merapi Berlanjut di Tahun Ini
- Polisi Didesak Tangkap Pembawa Sajam yang Sebabkan Mahasiswa Unisa Jatuh dan Meninggal Dunia
- Dua Tahun Tutup, Museum Gunung Merapi Bakal Buka Lagi Akhir Tahun Ini
Advertisement
Advertisement