Advertisement
Sashimi Ulat hingga Kari Jangkrik, Menu Unik yang Kini Populer di Jepang
![Sashimi Ulat hingga Kari Jangkrik, Menu Unik yang Kini Populer di Jepang](https://img.harianjogja.com/posts/2023/08/18/1145613/makanan-dari-serangga.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, TOKYO—Bagi orang Asia, memakan serangga bukan hal yang baru, meski tidak semua orang menggemarinya. Di Jepang, semakin banyak restoran yang meluncurkan menu dengan olahan serangga. Tertarik mencoba?
Entomofagi atau pemakan serangga mulai dianggap serius secara global setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menganggap serangga sebagai sumber protein berkelanjutan untuk memberi makan populasi global yang diperkirakan membengkak menjadi 9,7 miliar pada tahun 2050.
Advertisement
Dampak industri peternakan terhadap perubahan iklim, ditambah dengan masalah ketahanan pangan global akibat cuaca ekstrem dan konflik, juga telah meningkatkan minat terhadap nutrisi ekonomis berkualitas tinggi yang disediakan serangga.
Sementara beberapa konsumen menganggap memakan serangga itu menjijikkan, Jepang memiliki sejarah kuliner yang kaya akan serangga sebagai makanan. Kini, menu serangga telah banyak disajikan di restoran, salah satunya di Take-Noko.
Manajer restoran Take-Noko, Michiko Miura menerangkan bahwa belalang, ulat sutera, dan tawon secara tradisional dimakan di daerah terkurung daratan di mana daging dan ikan langka, sebuah praktik yang dilakukan di tengah kekurangan pangan selama dan setelah Perang Dunia II. "Baru-baru ini, ada kemajuan dalam beternak seperti jangkrik dan ulat bambu untuk makanan, jadi kemungkinan menggunakan serangga sebagai bahan sangat berkembang," terangnya dikutip dari Japan Today, Jumat (18/8/2023).
Beberapa perusahaan, termasuk merek roti nasional Pasco, telah menjual kue buatan dan makanan ringan dari tepung jangkrik, dan pembuat makanan olahan Nichirei dan telekomunikasi Nippon Telegraph dan Telepon telah berinvestasi dalam usaha serangga sejak tahun lalu. Istilah jangkrik juga mulai menjadi tren di media Jepang baru-baru ini setelah laporan bahwa bubuk serangga digunakan untuk makan siang dan makanan ringan di sekolah.
Minat konsumen menyantap serangga juga meluas hingga restoran Take-Noko, yang menurut manajer Miura sering penuh dipesan pada akhir pekan. Di sana, ada menu kari jangkrik dan sashimi ulat sutera yang bisa dinikmati oleh pemakan serangga atau pemula yang ingin mencicipi kuliner unik ini.
Restoran ini adalah gagasan dari Takeo Saito yang mendirikan perusahaan bernama Takeo Inc sejak 9 tahun yang lalu. Ia telah mengembangkannya untuk memasukkan bisnis makanan kemasan yang menawarkan lebih dari 60 jenis suguhan arthropoda, dari kalajengking hingga tarantula.
“Tujuan kami bukan agar serangga menjadi sesuatu yang terpisah, tetapi untuk dinikmati di meja yang sama dengan sayuran, ikan, dan daging,” kata Saito mendukung penuh tren memakan serangga di Jepang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Japan Today
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2025/02/19/1204674/prabowo_2024_12_30_07_59_44.jpg)
Presiden Prabowo Dikabarkan Lakukan Reshuffle Kabinet Hari Ini
Advertisement
Menyelami Hubungan Manusia dengan Alam lewat Lukisan, Garrya Bianti Hadirkan Pameran Back to Nature
Advertisement
Berita Populer
- Pemkot Jogja Menjaring Aspirasi dari Kelompok Lansia
- Bantul Kembali Terima 9.900 Dosis Vaksin PMK
- Latih Pengusaha Jasa Boga, Dinkes Jogja Pastikan Keamanan Pangan Siap Saji
- Kampoeng Kakao Menoreh Bakal Jadi Pendongkrak Ekonomi Warga Kulonprogo Utara
- Minat Masyarakat untuk Cek Kesehatan Gratis di DIY Tinggi, Namun Terkendala Ini
Advertisement
Advertisement