Diare Jadi Penyebab Kematian Balita, Peneliti UGM Kembangkan Vaksin
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Diare pada balita masih menjadi persoalan besar di bidang kesehatan. Dilaporkan bahwa diare merupakan penyakit yang menyebabkan 9,1 persen kematian pada anak balita di seluruh dunia. Dari situlah, saat ini UGM tengah menggembangkan vaksin rotavirus RV3.
Di Indonesia, angka kematian akibat diare dilaporkan sebesar 9,8 persen pada kelompok anak dibawah satu tahun dan merupakan penyebab kematian kedua terbanyak.
Advertisement
Dosen bidang Mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Prof. Dr. dr. Hera Nirwati, M.Kes., Sp.MK., mengatakan diare mempunyai dampak merugikan dalam perkembangan anak. Diare berulang pada masa pertumbuhan menyebabkan anak berpotensi mengalami hambatan pertumbuhan tinggi badan, kebugaran yang kurang serta kecerdasan yang tidak optimal. Oleh karena itu, sangat penting menghilangkan semua gangguan dalam masa pertumbuhan karena anak adalah aset masa depan yang berharga.
“Rotavirus merupakan penyebab diare berat pada anak balita di negara maju dan negara berkembang. Rotavirus terkenal sebagai virus yang demokratis karena dapat menginfeksi semua anak tanpa melihat status sosial ekonominya. Sebab hampir semua anak pernah mengalami paling tidak sekali episode diare pada saat berumur lima tahun,” kata Hera dalam rilis yang diterima Harianjogja.com, Kamis (11/5/2023).
Baca juga: Berangkat dari Jogja dengan Kereta Api, Perjalanan Jarak Jauh Lebih Cepat 1 Jam
Hera menyebutkan bajwa Rotavirus di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh Soenarto yang melakukan penelitian dan mengumpulkan feses anak balita penderita gastroenteritis akut di Yogyakarta. Hingga saat ini surveilans rotavirus di Indonesia sudah terus dilakukan dan menunjukkan tingginya beban kesakitan dan kematian akibat diare rotavirus.
Meski demikian, diare rotavirus merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin rotavirus yang tersedia saat ini dapat bereplikasi di usus manusia untuk memperoleh respons imun.
Terdapat empat vaksin yang diprakualifikasi oleh WHO dan tersedia di pasaran yakni Rotarix, Rotateq, Rotavac, dan Rotasiil. Sementara di Indonesia saat ini sedang dikembangkan vaksin rotavirus RV3 dan uji klinisnya sedang dilakukan oleh peneliti di UGM. Bahkan vaksin ini telah memasuki uji klinik fase 3.
“Dalam waktu dekat RV3 diperkirakan bisa diproduksi massal oleh Bio farma dan ditargetkan bisa digunakan untuk imunisasi bagi anak-anak di Indonesia,” ujarnya.
Dalam uji klinik vaksin Rotavirus RV3-BB fase 2b, kata Hera, telah dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh antibodi ibu plasenta atau ASI terhadap efektivitas vaksin. “Selain itu setelah diuji juga diketahui bahwa vaksin rotavirus RV3-BB juga bisa diberikan dengan vaksin lainnya seperti vaksin polio secara oral,” paparnya.
Di akhir pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar di ruang Balai Senat Universitas Gadjah Mada yang berjudul Surveilans Rotavirus: Temuan Berbasis Bukti untuk Implementasi Vaksin Rotavirus di Indonesia, Hera menegaskan bahwa tindakan pencegahan diare rotavirus dengan pemberian vaksin harus segera dilakukan. Oleh karena itu, penerapan baksin rotavirus dalam imunisasi nasional merupakan suatu keniscayaan agar anak-anak kita terlindungi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Anies Baswedan Diprediksi Mampu Dongkrak Elektabilitas Pramono Anung-Rano Karno
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Kereta Bandara YIA, Berangkat dari Stasiun Tugu Jogja, Kamis 21 November 2024
- Diskriminasi Masih Marak, Jurnalis Perlu Mengadvokasi Kelompok Minoritas
- Jadwal Prameks Stasiun Tugu Jogja-Kutoarjo, Kamis 21 November 2024
- Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY, Kamis 21 November 2024: Di Kantor Kelurahan Condongcatur
- Dukung Ketahanan Pangan, Polda DIY Produktifkan Lahan Kadar Keasaman Tinggi di Galur
Advertisement
Advertisement