Advertisement
Mengenal Pruritus, Masalah Kulit yang Sering Dialami Lansia
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Kalangan lanjut usia (lansia) sering mengalami kulit kering hingga keluhan gatal pada kulit. Kondisi ini jangan dianggap enteng, karena bisa menjadi tanda mengalami pruritus.
Pruritus merupakan istilah medis untuk rasa gatal dan memicu keinginan untuk menggaruk. Jika terjadi terus-menerus, hal ini bisa menimbulkan rasa tidak nyaman dan infeksi pada kulit.
Advertisement
Dokter dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI), Yustin Sumito menerangkan kondisi ini sebenarnya dapat dikatakan sebagai gejala dari berbagai penyakit kulit tertentu, dan tidak semuanya menular, tergantung dari penyakit yang mendasari. “Pruritus yang menular adalah pruritus yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur,” kata dia dikutip dari Antara.
Gejala utama pruritus selain sensasi gatal di kulit, juga dapat disertai gejala lain seperti kemerahan, tanda gores, benjolan, bintik atau lecet, kulit kering dan pecah-pecah dan bercak kasar atau bersisik.
Gejala tambahan kondisi ini dapat meliputi perubahan warna kulit yang lebih terang atau lebih gelap dari kulit di sekitarnya, ruam terbentuk pada kulit yang bengkak (peradangan), benjolan besar di area kulit yang terkena dan lepuh atau benjolan berisi cairan pada kulit.
Salah satu faktor risiko pruritus yakni usia lansia atau 65 tahun ke atas. Pada kasus lansia, ada tiga proses utama terkait penuaan yang berhubungan dengan terjadinya pruritus. Pertama, hilangnya fungsi barrier atau pelindung atau pembatas kulit yang menyebabkan turunnya fungsi perbaikan pada kulit.
Kedua yaitu immunosenescence atau penurunan kerja sistem imun atau sistem perlindungan tubuh serta ketiga yakni neuropati atau abnormalitas sistem saraf yang menyebabkan pruritus cenderung lebih sering mengalami kekambuhan.
Yustin mengatakan, selain karena usia, faktor risiko pruritus juga termasuk riwayat alergi, memiliki kondisi penyakit lain seperti eksim, psoriasis, dan diabetes; sedang hamil; ataupun mereka yang sedang menjalani dialisis.
Menurut dia, diagnosis dan tatalaksana yang tepat sangat dibutuhkan. Deteksi dini pruritus dilakukan melalui anamnesis atau menanyakan riwayat pasien, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang secara menyeluruh.
Derajat keparahan gatal ada pada skala satu hingga 10. Bila derajat keparahan di atas enam, gatal dirasakan hingga pasien terbangun dari tidur, maka sudah terjadi gangguan kualitas hidup secara bermakna, sehingga tatalaksana agresif dibutuhkan.
Tatalaksana pertama yang dilakukan yakni dengan menjaga kelembapan kulit, dengan memilih sabun dan pelembap yang benar, kemudian memperhatikan durasi mandi maksimal 10 menit.
Yustin mengingatkan, pengobatan pruritus yang benar dan tuntas tidak sesederhana memakai krim pelembap. Oleh sebab itu jika masih belum sembuh dan berlanjut dalam waktu yang terlalu lama, maka pengobatan dari dokter disarankan.
Ia juga mengingatkan pemeliharaan kulit harus dilakukan orang-orang sejak dini, salah satunya guna mencegah kulit gatal hingga berujung pruritus pada saat lansia.
"Jadi enggak bisa setelah tua kita rawat. Dari awal harus memilih sabun yang bagus, meskipun kulit masih lembap. Kemudian, memakai pelembap yang benar. Dipertahankan secara kontinu, tidak on and off," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
2 Skenario Disiapkan untuk Transisi Perombakan Kemenparekraf
Advertisement
Rekomendasi Tempat Wisata Paling Populer di Thailand, Cek Daftarnya
Advertisement
Berita Populer
- Prakiraan Cuaca BMKG Senin 14 Oktober 2024, Hari Ini Jogja dan Sekitarnya Cerah Berawan
- PSBK Luncurkan Wajah Baru lewat Wiwitan Gugus Bagong
- Anak Binaan LPKA Jogja Raih Prestasi Gemilang di Wisuda Akbar
- Stadion Sultan Agung Bantul Dilarang untuk Kampanye Pilkada, Ini Daftar 14 Lapangan yang Diizinkan KPU
- Stabilisasi Harga Pangan, Pemkab Gunungkidul Gelar Gerakan Pangan Murah
Advertisement
Advertisement