Advertisement
Hasil Penelitian, Kurang Gerak Selama Pandemi Bisa Mengganggu Kesehatan Jiwa
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA- Covid-19 mengubah gaya hidup manusia. Perubahan gaya hidup ini tidak hanya bagi kesehatan tubuh, namun juga kesehatan jiwa. Sebuah penelitian menemukan, malas olahraga berhubungan dengan depresi karena pandemi.
Temuan baru oleh tim peneliti multi-institusi dari Carnegie Mellon University, University of Pittsburgh, dan University of California, San Diego, menemukan bahwa 61 persen mahasiswa yang disurvei berisiko mengalami depresi klinis, dengan nilai dua kali lipat dari angka sebelum pandemi.
Advertisement
Peningkatan depresi terjadi bersamaan dengan perubahan dramatis pada kebiasaan gaya hidup. Pandemi virus corona memperburuk kondisi mereka yang mengalami gejala depresi dan kecemasan.
Baca juga: Perpanjangan PTKM Ketiga di Bantul Masih Ada Banyak Pelanggaran
Melansir dari Healthshots, aktivitas fisik yang berkurang karena jarang olahraga, menyebabkan risiko depresi akibat Covid cenderung lebih tinggi. Sementara itu mereka yang tetap aktif olahraga, memiliki risiko yang jauh lebih rendah mengalami depresi yang disebabkan oleh pandemi.
Jikapun olahraga kembali aktif di awal musim panas, kesehatan jiwa tidak secara otomatis pulih. Hasil penelitian ini diterbitkan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences edisi 10 Februari.
"Ada peningkatan yang mengkhawatirkan dalam tingkat kecemasan dan depresi di kalangan usia dewasa muda, terutama di kalangan mahasiswa," ungkap Silvia Saccardo, asisten profesor di Departemen Ilmu Sosial dan Keputusan di CMU dan penulis senior di makalah tersebut.
Menurutnya, pandemi telah memperburuk krisis kesehatan jiwa pada populasi yang rentan. Saccardo dan koleganya, Osea Giuntella, Kelly Hyde, dan Sally Sadoff, memeriksa data yang dikumpulkan dari 682 mahasiswa yang menggunakan aplikasi smartphone dan Fitbit selama musim semi 2019, musim gugur 2019, dan musim semi 2020.
Baca juga: Rata-Rata Okupansi Hotel di Jogja Selama Libur Imlek Hanya 25%
Hasil tersebut menunjukkan gangguan besar pada aktivitas fisik, tidur, dan waktu menatap layar komputer, ponsel dan interaksi sosial, di samping penurunan besar kesejahteraan ekonomi. Kumpulan data ini mencakup permulaan isolasi sosial selama bulan masa awal pandemi, yang menawarkan wawasan tentang faktor-faktor yang memperburuk gangguan kesehatan jiwa pada kelompok usia ini.
"Kami menggunakan kumpulan data ini untuk mempelajari faktor-faktor apa yang memprediksi perubahan depresi," papar Saccardo.
Temuan lain menyorot peserta yang mempertahankan kebiasaan sehat sebelum pandemi, dengan aktivitas fisik terjadwal dan kehidupan sosial yang aktif, justru memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi saat pandemi berlanjut.
Para peneliti menunjukkan penurunan aktivitas fisik merupakan faktor risiko utama penurunan kesehatan jiwa.
"Kami mengacak sekelompok individu untuk menerima insentif untuk berolahraga. Sementara intervensi singkat kami, dengan meningkatkan aktivitas fisik, tidak berdampak pada kesehatan jiwa. Hasil ini membuka banyak peluang untuk penelitian ke depan nantinya," tutup Saccardo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Foto Terduga Pembunuh Serlina Tersebar Luas, Polisi: Pelaku dan Korban Dekat
- Kementan Kucurkan Bantuan Alsintan Senilai Rp200 Miliar untuk Petani di Jatim
- Cerita Rudy Soal PDIP Pernah Satu Barisan dengan PKS dan PAN di Pilkada Solo
- Justin Hubner Gantikan Ivar Jenner, Garuda Muda Siap Hadapi Australia Malam Ini
Berita Pilihan
Advertisement
2 Oknum Pegawai Lion Air Jadi Sindikat Narkoba, Begini Modus Operasinya
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Pedagang Pasar Terban Pindah Ke Selter Sementara
- Kendaraan Keluar Lebih Banyak Dari yang Masuk di Mudik Lebaran, Ini Analisis Dishub DIY
- Kemenag Kota Jogja Kukuhkan 4 Agen Moderasi Beragama
- Hingga saat Ini Pemkot Jogja Masih Berusaha Selesaikan Pembangunan TPS 3R
- Terpojok Saat Dikejar Warga, 2 Pemuda Bersajam Tinggalkan Sepeda Motor di Gang Buntu
Advertisement
Advertisement